JAKARTA (Panjimas.com) – Kru media Islam Panjimas.com melakukan silatul ukhuwah ke beberapa tokoh Islam terkemuka. Setelah menyambangi Direktur An-Nashr Institute, Munarman SH, Panjimas.com juga berkunjung ke kediaman Ustadz Hartono Ahmad Jaiz.
Ustadz Hartono Ahmadz Jaiz, dikenal sebagai pakar dan peniliti paham serta aliran sesat di Indonesia. Sebagai penulis yang produktif, buku-buku tulisannya sudah tersebar di mana-mana. Terang saja demikian, pasalnya sebelum menjadi peneliti aliran sesat seperti sekarang, Ustadz Hartono Ahmad Jaiz adalah seorang wartawan senior. Ia pernah menjadi wartawan Pelita, media Islam yang dikenal kritis di masa Orde Baru (Orba).
Ia pun menceritakan pengalamannya yang begitu berharga dalam berjuang menyuarakan kebenaran melalui media. Di masa Orba, Ustadz Hartono mengaku pernah diinterogasi karena melanggar Undang-Undang Subversif yang dikenal ‘angker’ karena tulisannya yang kritis terhadap pemerintah.
Meski demikian, tekadnya untuk tetap berjuang dalam “jihad qalam” tak pernah surut hingga sekarang dan menjadi Pemimpin Redaksi situs online Nahimunkar.com.
“Umat Islam sekarang ini memang membutuhkan media Islam, untuk memberikan informasi dan juga semangat agar sesuai dengan Islam. Karena ternyata dari sejak sebelum merdeka pun Umat Islam ini bisa bangkit diantaranya dibangkitkan oleh media. Perang itu menjadi kalah ketika media-media dikuasai oleh pihak lain,” kata Ustadz Hartono Ahmad Jaiz kepada kru Panjimas.com di kediamannya di daerah Pejaten, Pasar Minggu Jakarta Selatan, pada Rabu (10/9/2014).
Setelah beberapa lama berbincang-bincang di kediaman Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, Adzan Shalat Zhuhur pun berkumandang, hal sekaligus mengakhiri kunjungan. Selanjutnya, kru Panjimas.com melajutkan perjalanan untuk berkunjung ke kantor Forum Umat Islam (FUI).
Alhamdulillah, sekitar pukul 12.30 WIB, kru Panjimas.com tiba di kantor FUI di Jalan Kalibata Tengah, Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Setelah shalat Zhuhur berjamaah, kami disambut dengan makan siang bersama sekjen FUI, KH Muhammad Al-Khaththath dan beberapa kru redaksi Suara Islam.
Usai makan siang, dimulailah diskusi guna meminta masukan seperti kritik dan saran terhadap media Islam yang baru saja didirikan, Panjimas.com.
Menurut Ustadz Khaththath –sapaan akrabnya- media Islam harus tetap mengedepankan profesionalisme dan tidak menabrak kode etik jurnalistik. Tujuannya agar media Islam bisa sejajar dengan media mainstream sehingga musuh-musuh Islam tidak bisa mencari-cari kesalahan.
“Jangan sampai pers media Islam dikeluarkan dari kelompok pers, kemudian media Islam juga perlu membangun banyak jaringan,” kata Sekjen FUI, KH Muhammad Al-Khaththath kepada kru Panjimas.com, di kantor FUI, pada Rabu (10/9/2014).
Selain itu, Ustadz Khaththath juga menyarankan agar media Islam bisa menjangkau masyarakat akar rumput sebaiknya mengembangkan media cetak seperti tabloid atau majalah.
“Sukur-sukur kalau kita bisa berkembang, merambah juga ke media cetak, tapi memang biayanya mahal,” ujar Pemimpin Umum Suara Islam tersebut.
Terakhir, ia mengimbau agar para praktisi di dunia media Islam membangun komunikasi dengan berbagai ormas dan tokoh-tokoh Islam. [AW]