Betapa mahalnya hidayah. Demi hijrah memeluk Islam, muallaf mantan Katolik Anna Christina dan anak-anaknya harus menghadapi ujian hidup yang bertubi-tubi: terusir dari rumah, ekonomi tertatih-tatih dan tinggal di gubuk reyot. Pekerjaan sebagai buruh cuci pakaian tak mampu menopang biaya hidup, tagihan kontrakan dan biaya sekolah. Untuk bangkit dari keterpurukan, ia butuh modal usaha dan pelunasan biaya sekolah sebesar 25 juta rupiah. Ayo Bantu..!!!
SOLO, Panjimas.com – Anna Christina (47) lahir dari pasangan Katolik berdarah campuran ayah Flores NTT dan ibu Magelang Jawa Tengah. Sejak kanak-kanak hingga dewasa ia dididik fanatik dalam iman kristiani, karena sang ayah menjabat sebagai pengurus Gereja Katolik di bilangan Pulomas Jakarta Timur.
Pembinaan iman di Sekolah Minggu gereja maupun pendidikan formal sekolah Katolik dijalaninya dengan disiplin. Tak heran jika doktrin kekristenan tentang Trinitas, ketuhanan Yesus, Salib dan penebusan dosa mendarah daging dalam dirinya.
Tahun 2001 Anna menikah dengan pria idaman yang satu suku dan seagama. Dengan pernikahan satu iman, seagama dan satu suku, ia berharap bisa membina rumah tangga yang kekal, bahagia dan berpusat pada Kristus. Ternyata takdir berkehendak lain, sebuah prahara menghantam biduk rumah tangga, dan pernikahannya kandas. Tahun 2015 ia bercerai setelah dikaruniai dua anak: Floreta Prada Djeen (19) dan Gregorius Bajoe Djeen (13).
Keputusan terberat harus diambil, meskipun harus menentang titah gereja, “Apa yang telah dipersatukan Tuhan tak boleh diceraikan manusia.”
Keputusan berat itu tak bisa dihindari karena ia merasakan kegersangan rohani dalam rumah tangga yang sudah dijalaninya selama belasan tahun. Tujuan nikah untuk beroleh kebahagiaan, berkat dan kasih, justru tidak dituai dalam rumah tangganya.
“Selama 16 tahun berumah tangga sama suami yang sama-sama suku Flores itu, kok saya rasakan tidak ada kedamaian. Padahal sama-sama memeluk agama Katolik. Kok nggak ada kedamaian terbuka di rumah ya. Selalu ribut-ribut dari anak kecil sampai dewasa,” ujarnya kepada Relawan IDC.
…Betapa mahalnya hidayah. Demi hijrah memeluk Islam, muallaf sekeluarga harus menghadapi ujian hidup bertubi-tubi: terusir dari rumah, berpindah-pindah ke gubuk reyot…
Takjub Keindahan Shalat Subuh Menuntun pada Hidayah Islam
Anna pun menjadi single parent yang harus mengasuh, mendidik dan membesarkan kedua buah hatinya dengan bekerja di sebuah kantin sekolah. Beruntung ada kakak perempuannya di Jakarta yang berbelas kasih dengan menampung bahkan membantu meringankan biaya pendidikan kedua anak Anna.
Perkenalan Anna dengan Islam dimulai pada suatu pagi. Ia merasa takjub setiap kali melihat para tetangga Muslim melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid. Di pagi buta yang masih dingin, mereka bersemangat berangkat bersama-sama ke masjid untuk mengawali aktivitas dengan bersyukur dan memuji Tuhan.
“Saya merasa terharu keheranan melihat ajaran Islam. Shalat di pagi hari dan dijalani banyak orang. Kok rasanya adem sekali bisa ke rumah Tuhan setiap saat,” ungkapnya.
Meski sudah mulai tertarik terhadap keindahan Islam, Anna tidak serta merta hijrah memeluk Islam. Ia butuh pengkajian dan perenungan yang mendalam. Setelah bertahun-tahun menjalani pergolakan iman, akhirnya Anna tak bisa menutupi hidayah Ilahi yang kian membuncah. Anna mulai mengungkapkan keinginan untuk hijrah memeluk Islam.
…Saya heran melihat ajaran Islam, shalat subuh di pagi hari. Kok rasanya adem sekali bisa ke rumah Tuhan setiap saat…
Di Kontrakan Reyot, Akhirnya Sekeluarga Masuk Islam
2018 menjadi tahun kesedihan yang berat tak pernah terlupakan dalam hidup Anna. Bagaimana tidak, saat mati-matian banting tulang menjadi tulang punggung keluarga, ia justru diusir dari rumah kakaknya usai menyatakan keinginannya masuk Islam.
Ia bersama anak bungsunya Gregorius harus hidup di kontrakan yang kumuh, sempit dan tidak layak di pinggiran kota Jakarta. Sementara sang putri sulung, Floreta belum bisa menerima rencana Anna untuk hijrah menjadi Muslimah. Sebagai tulang punggung keluarga, semua tugas mencari nafkah hingga mendidik dan menjaga anak semua dilakukannya sendiri.
Keputusan sudah bulat, dengan segala keterbatasan Anna terus memantapkan hati. Ia berusaha menjemput hidayah dengan belajar Islam kepada rekan kerja, pengajian maupun kajian online.
Ikhtiar memburu hidayah akhirnya berbuah manis. Tahun 2019 ia memutuskan untuk memperbaiki nasib ke kota Solo bersama Gregorius. Di kota bengawan inilah Anna mengikrarkan dua kalimat syahadat pada Rabu (13/3/2019).
Pekan berikutnya, tanpa paksaan dari siapapun, Gregorius menyusul jejak sang bunda, mengikrarkan dua kalimat syahadat sebagai seorang Muslim.
Untuk melengkapi kebahagiaan, Anna memboyong Floreta ke Solo supaya satu keluarga hidup bersatu kembali sebagai keluarga yang utuh. Dengan muamalah yang baik, Floreta pun terbuka hatinya untuk menerima hidayah Ilahi. Ia berikrar masuk Islam pada bulan Agustus 2020.
Untuk menyempurnakan status keislaman secara formal, Anna mendaftarkan ikrar keislaman ke kantor Kementerian Agama (Kemenag) kota Solo pada Kamis (18/3/2021)
Lengkaplah kebahagiaan Anna, perjuangan berat dan munajatnya selama bertahun-tahun itu berbuah manis. Ia dan anak-anaknya hidup bersatu dalam keluarga utuh yang seakidah.
Menjadi Ahli Tauhid Aktivis Masjid
Hidup dalam naungan Islam dan aktif berjamaah di masjid, Anna dan keluarganya mengalami perubahan hidup yang dahsyat. Suasana hidupnya sangat damai dan tenteram, meskipun secara ekonomi hidup di bawah garis kemiskinan. Semua kesulitan dihadapi optimis dengan ikhtiar dan doa kepada Allah Ta’ala.
“Hati saya aman, damai dan tenteram. Jujur saya kalau jam dua malam shalat sambil nangis. Saya percaya Allah pasti ngasih jalan karena saya yakin dan percaya semua ini jalan saya,” ujar Anna.
Mengenang masa lalu sebelum hijrah, Floreta mengungkapkan bahwa salah satu batu sandungan untuk masuk Islam adalah sikap skeptis dan opini negatif terhadap Islam. Dalam pikiran waktu itu, Islam itu agama yang sangat buruk, kolot, penuh aturan dan tekanan.
Bila tidak karena hidayah Allah, mustahil rasanya bisa beralih dari aktivis gereja menjadi seorang Muslimah berhijab. Di gereja, Floreta dikenal aktif sebagai tim paduan suara gerejawi yang menyemarakkan ibadah di berbagai kota.
“Aku dulu sering bareng teman-teman gereja, satu tim gitu pergi ke luar kota untuk ngisi acara ibadah. Kadang juga ke Goa Maria di berbagai Kota. Makanya aku sempet nangis mendengar mama aku masuk Islam. Dulu aku nggak mau bicara sama mama dan aku memilih bersama opah di Jakarta. Aku merasa benci banget, kenapa bisa kok mamaku masuk Islam,” kenangnya sambil menangis.
Hal yang sama dialami Grogorius sebelum menerima Islam. Ia memandang Islam sebagai agama yang ribet, melelahkan dan menyulitkan. Namun setelah masuk Islam, ternyata sebaliknya. Justru Islam indah dan sangat menekankan solidaritas sesama. Ia kini banyak kawan yang sangat peduli, ukhuwah Islamiyah di kampungnya sangat kuat.
“Aku sebenarnya kaget mendengar mama masuk Islam. Karena aku menyangka Islam itu ribet dan capek harus ibadah setiap hari. Tapi kini malah aku senang, banyak teman aku bisa pergi ke masjid shalat bareng-bareng. Main sama teman dan belajar TPA, itu seru banget,” paparnya.
…Setelah masuk Islam dan mempelajari Islam sesungguhnya, natal yang saya jalankan itu kok seperti dibohongi. Saya sekarang ini malah kasihan sama orang-orang yang masih menganut Kristen, kok punya tuhan yang disembah itu tidak masuk akal. Kok tuhan mati disalib…
Kenangan Natal di Masa Lalu
Natal menjadi kenangan tersendiri bagi setiap orang yang pernah hidup dalam iman kristiani. Hari raya Natal senantiasa dinanti oleh umat Kristiani dan disambut dengan istimewa. Interior rumah didekor dengan pernak-pernik natal: pohon natal, krans natal, topi dan sepatu Santa Claus (Sinterklas) dan benda-benda natal lainnya.
Begitu pula yang dialami Anna. Sejak kecil ayahnya selalu menciptakan suka cita natal di rumah dengan berbagai pernak-pernik dan hadiah yang menyenangkan.
“Saat bersama orang tua, saya sangat senang karena ada pohon natal yang selalu dipajang tinggi besar, lagu-lagu natal selalu dikumandangkan oleh ibu, dan pasti beli baju natal serta membuat kue menghias rumah,” kenang Anna kepada Relawan IDC, Jum’at (17/12/2021).
Suasana meriah dan suka cita itu diciptakan untuk menyambut hari ulang tahun kelahiran Yesus Kristus (Dies Natalis of Jesus Christ) yang dalam keyakinan kristiani adalah tuhan dan juruselamat penebus dosa. Natal 25 Desember adalah hari ulang tahun kelahiran Tuhan.
“Orangtua saya betul-betul mengajarkan anak-anaknya bahwa natal itu kelahiran tuhan Yesus yang harus dirayakan, sama seperti kita ulang tahun di mana kita dilahirkan ibu kita,” paparnya.
Setelah menjadi Muslimah dan berpikir akal sehat, Anna pun menyadari kekeliruan doktrin Natal dan Ketuhanan Yesus.
“Setelah masuk Islam dan mempelajari Islam sesungguhnya, natal buat saya seperti kemarin-kemarin yang saya jalankan itu kok seperti dibohongi. Saya sekarang ini malah kasihan sama orang-orang yang masih menganut Kristen, kok punya tuhan yang disembah itu tidak masuk akal. Kok tuhan harus mati disalib dan menyembah patung,” ujarnya.
Tinggal di Gubuk Reyot, Iman Bertumbuh Makin Tangguh
Kini Anna dan anak-anaknya hidup di rumah kontrakan reyot yang memprihatinkan. Bila hujan turun, atapnya pada bocor dan membuat becek lantai karena cuma beralas tanah
Ia dan anak-anaknya tetap bersyukur dengan kondisi saat ini, karena rumah kontrakan yang ia tempati sebelumnya jauh lebih parah, nyaris mirip kandang ayam. Berdinding triplek lapuk, beralas tanah dan tak ada perabotan yang layak.
Tinggal di rumah reyot menjadi ujian yang cukup miris bagi keluarga Anna. Pindah dari kota metropolitan ke desa dengan ujian hidup yang datang bertubi-tubi, tentu butuh adaptasi dan ekstra kesabaran.
Kondisi yang miris di gubuk reyot tak membuat Anna berkecil hati. Karena di sini ia menemukan mutiara hidayah Islam yang menguatkan hatinya. Nash bahwa di balik kesulitan pasti akan lahir banyak kemudahan, menjadi keyakinan baru dalam akidah Anna. “Allah tidak akan membiarkan hambaNya terus-menerus dalam kesulitan,” ujarnya.
Obsesi Anna dan anak-anaknya ingin menjadi keluarga muslim yang kaffah. Setelah mendalami akidah yang benar, mereka memulai belajar cara shalat yang sesuai sunnah, belajar iqro’ agar bisa membaca Al-Quran dan mengaji.
…Untuk bangkit dari keterpurukan, Anna ingin membuka usaha kuliner dan laundry. Dibutuhkan dana 25 juta rupiah agar ia bisa hidup mandiri dan melunasi berbagai tagihan…
PEDULI KASIH MUALLAF, AYO BANTU..!!
Di tengah pertumbuhan iman yang pesat, Anna Kristina dihadapkan dengan berbagai ujian terutama ujian ekonomi dan pekerjaan. Biaya kontrakan rumah dan tunggakan biaya sekolah anak-anak mulai ditagih dan harus segera dilunasi.
Pekerjaan sehari-hari sebagai buruh cuci tak bisa diandalkan, Anna hanya bisa menunggu tetangga meminta jasanya untuk mencuci pakaian kotor jika dibutuhkan. Jika ada yang menggunakan tenaganya, ia dibayar 15 ribu hingga 25 ribu saja. Uang yang tak bisa diharapkan rutin setiap hari ia dapatkan apalagi untuk mencicil biaya sekolah anaknya.
Untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi, Anna ingin membuka usaha jual makanan dan jasa laundry. Dibutuhkan dana 25 juta rupiah agar Anna bisa hidup mandiri dan melunasi berbagai tunggakan sekolah kedua anaknya.
Melihat kondisi keluarga muallaf Anna, Ustadzah Dewi Purnamawati turut prihatin. Mantan aktivis Kristen ini pernah merasakan sendiri pengalaman pahit saat berhijrah masuk Islam. Bagaimana rasanya keluarganya sendiri yang dicintai berubah memusuhi, anak-anaknya yang dilahirkan jadi membenci dan saudaranya tak mau mengurusi karena sudah berbeda keyakinan.
Ustadzah Dewi berharap umat Islam mengulurkan kepedulian dengan keluarga Anna Christina yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat.
“Kondisi keluarga muallaf Anna ini sangat memprihatinkan. Rumahnya masih mengontrak di rumah yang reyot, bocor kalau pas hujan. Kami mohon kepada para aghniya’ yang dilapangkan rezekinya, tolong, tolong dan tolong bisa dibantu keluarga muallaf ini, untuk kebutuhan sekolah anak-anaknya dan modal usaha untuk bertahan hidup sangat dibutuhkan,” imbaunya.
Beban berat yang harus dipikul muallaf adalah beban kita semua, karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
Semoga dengan membantu meringankan beban muallaf yang kesulitan, Allah menjadikan kita sebagai pribadi beruntung yang berhak mendapat kemudahan dan pertolongan Allah Ta’ala.
مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat…” (HR Muslim).
Infaq untuk membantu kesulitan hidup muallaf Anna Christina bisa disalurkan dalam program Peduli Kasih Muallaf:
Bank Syariah Indonesia (BSI), No.Rek: 7050.888.422.
Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005.
Bank DKI Syariah, No.Rek: 7052.4715.862.
Bank BJB Syariah, No.Rek: 006010.2072.450.
Bank BTN Syari’ah, No.Rek: 712.307.1539.
Bank BCA, No.Rek: 1641.999.666.
Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289.
Bank BNI, No.Rek: 5353.5757.10.
Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302.
Bank CIMB Niaga, No.Rek: 80011.6699.300.
CATATAN:
Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 9.000 (sembilan ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.009.000,- Rp 509.000,- Rp 209.000,- Rp 109.000,- 59.000,- dan seterusnya.
Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqDakwahCenter.com.
Bila biaya sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.