JAKARTA, (Panjimas.com) – Fenomena yang terjadi saat ini adalah kita dibiaskan akan arti dari kata gender. Dalam bahasa Inggris, kata gender sebetulnya berarti jenis kelamin.
Namun kini, kata gender sudah dialihartikan menjadi peran yang melekat pada laki-laki dan perempuan, yang dilihat dari segi nilai dan tingkah laku, sedangkan sex adalah jenis kelamin yang mengidentifikasikan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologis yang diperoleh manusia sejak lahir.
Demikian pergeseran makna tersebut diungkapkan Henri Shalahudin dalam perkuliahan Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Angkatan ke-9 pada Rabu, (23/1) lalu.
“Gender kini sudah berganti makna dari pengertian jenis kelamin secara biologis menjadi pengertian jenis kelamin secara sosial. Lalu sebenarnya apa yang diperjuangkan oleh gerakan feminisme apakah kesetaraan gender atau kesetaraan seks?” ungkap Henri di Aula INSISTS, Jakarta Selatan.
Pria yang menyelesaikan S3 dalam studi gender di Universitas Malaysia tersebut menjelaskan bahwa gerakan feminis yang ada saat ini, bukan lagi hanya sekedar menuntut kesetaraan gender tapi juga kesetaraan sex. Hal itu terlihat jelas dalam salah satu tuntutan yang disuarakan Women March beberapa waktu lalu, yaitu menuntut untuk menghentikan intervensi negara dan masyarakat terhadap tubuh dan seksualitas warga negara.
“Dasar pemikiran dari gerakan feminisme gelombang ketiga adalah menuntut hak untuk mendefinisikan kembali identitasnya sendiri dan mendesak masyarakat untuk menghormatinya, selain itu mereka juga menuntut hak untuk membuat keputusan terhadap tubuhnya sendiri” jelas Henri kepada puluhan hadirin dalam forum malam itu. [RN]