TIMUR TENGAH SELATAN, (Panjimas.com) – Sudah sejak 2012, kondisi Masjid An Nuur tak berubah kumuhnya. Satu-satunya masjid desa yang terletak di Dusun OeUe, Desa Mauleum, Kecamatan Amanuban Timur, Kabupaten Timur Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timor (NTT), itu plafonnya rombeng. Dindingnya retak-retak. Air sulit, dan fasilitas wudhu kurang memadai.
Demikian laporan da’i kita Ustadz Syarifudin Ridwan Nobisa di sana, yang dikunjungi Ustadz Romli dari Dewan Dakwah NTT.
Masjid yang kita bangun di Sikakap, Mentawai, dan Funayaba, Maluku, juga belum rampung. Sedang Masjid di Pondok Tahfidz Quran Banjarnegara, Jawa Tengah, sudah tidak mencukupi. ‘’Sudah terlalu kecil untuk menampung 85 santri dan 15 guru. Mau kita lebarkan ke depan,’’ kata Ustadz Ulyadi, pengasuh pondok, yang juga aktivis kemanusiaan.
Sedang Masjid Al Ikhlas Desa Sukandebi, Namanteran, Karo, berniat membangun lokal untuk PAUD dan TPQ di halamannya. ‘’Modal kami Cuma lahan kosong dan kesiapan gotong royong warga,’’ ujar Ustadz Marjoni yang membina warga setempat.
Untuk memenuhi panggilan dari masjid-masjid pedalaman tersebut, silakan menghubungi 021-31901233 atau SMS 0858-8282-4343; Rekening Bank Muamalat Indonesia (BMI) 301-007-1846 atau Bank Syariah Mandiri 700 132 7733 atas nama LAZIS Dewan Dakwah.
‘’Siapa membangun masjid karena Allah, walau selubang sarang burung atau bahkan yang lebih kecil lagi, maka Allah bangunkan baginya (rumah) semacam itu di surga” (HR Ibnu Majah no 738). [RN]