(Panjimas.com) – Penutupan warung di Serang pada bulan Ramadhan menjadi ajang kesempatan media sekuler,liberal,mainstearm menblow up tujuannya yakni mengiring publik bukan hanya antipati terhadap perda tersebut bahkan juga antipati terhadap syari’at islam.
Virus islamphobia dimainkan secara masif dalam permasalahan penutupan warung tersebut, padahal permasalahan bukan pada perda,penutupan warungnya melainkan ketidaktahuan bu sarni (pemilik warung ) tentang adanya perda tersebut . Namun yang justru diblowup oleh pihak-pihak,media-media yang anti terhadap islam justru syar’iat islam. Yang membuat miris tidak sedikit umat Islam sadar atau tidak ikut “membeo” media anti Islam dalam permasalahan tersebut. Tujuan menyebarkan virus islamphobia kepada umat Islam membuahkan hasil.
Waspada Pengalihan Isu…!
Saya juga mencium permasalahan penutupan warung di Banten pada bulan Ramadhan dijadikan pengalihan isu terhadap kasus-kasus yang ada di negeri ini, yakni: janji Presiden Jokowi yang menjungkir balikan harga pada bulan ramadhan (tidak terbukti), kasus korupsi Gubenur DKI Jakarta Ahok, kebangkitan PKI, rekramasi pantai Jakarta, penggusuran Kampung nelayan Luar Batang jakarta dan masih banyak lagi.
Dengan dibesar-besarnya serta banyak mendapatkan perhartian dari masarakat bahkan tokoh-tokoh negeri ini yang sok peduli dengan nasib rakyat (presiden sumbang 100 juta untuk ibu Saeni, Ketua Umum Partai Golkar akan kunjungi ibu Saeni). Kemana Presiden Jokowi ketika warga Kampung Nelayan Luar Batang didzhalimi oleh Gubenur DKI Jakarta yang menggusur masyarakat Luar Batang dari tempat tinggal mereka padahal mereka memiliki IMB, dimana berita dari media mainsteram terhadap masarakat kampung nelayan. [RN]
Penulis, Fikri Fauzi