ACEH BARAT, (Panjimas.com) – Pemilihan kepala daerah (Pilkada) menjadi momen penting dalam menentukan masa depan suatu daerah dalam lima tahun ke depan. Dengan demikian, penting kiranya memberikan pendidikan politik bagi pemilih pemula agar dapat memilih secara cerdas sehingga bisa menghasilkan pemimpin cerdas dan wakil-wakil rakyat yang bersih yang bebas korupsi.
Demikian disampaikan Ketua Forum Gerakan Pemuda Peduli Aceh (FORGEPPA) wilayah Aceh Barat Adi Darmadi melalui release yang dikirimkan ke Panjimas, pada Kamis malam (21/4/2016).
Adi mengatakan, pelajar atau remaja sebagai komunitas yang baru mengikuti pilkada adalah komunitas yang cukup diperhitungkan sebagai basis suara dalam pemilu. Pemilih pemula adalah basis pemilih yang unik, disebut unik karena mereka dalam pemilu sering menunjukan sikap yang khas seperti memiiki antusiasme yang tinggi tapi pilihan masih mengambang.
“Sebenarnya pemilih pemula ini dapat diposisikan sebagai swing votes karena pilihan belum banyak terpengaruh oleh motivasi ideologis tertentu namun pemilih pemula akan lebih dipengaruhi oleh orang-orang terdekat yaitu keluarga dan kerabat,” ujar Adi.
Menurut Adi, memberikan pendidikan politik kepada mereka adalah suatu yang penting agar pemilih pemula ini tidak dieksploitasi oleh kelompok tertentu. Adanya karakteristik anak muda seperti daya kritis yang tinggi, independen, tidak puas dengan kemapanan serta pro perubahan adalah suatu modal untuk menjadi seorang pemilih yang cerdas, pemilih yang melakukan pilihan dengan penuh pertimbangan yang rasional.
Memilih dengan pertimbangan rasional berarti memilih dengan melihat sisi integritas calon pemimpin dengan segala track record serta melihat visi dan program kerja yang dicanangkan. Suatu realita juga hari ini pemilih pemula yang pada umumnya belum memiliki pengalaman yang banyak akan hal pilkada seperti apa itu hakikat pemilu, bagaimana prosesnya, siapa saja yang akan dipilih, bagaimana tahapannya, apa syarat-syarat dan sebagainya.
“Pemilih pemula umumnya juga tidak tahu bahwa pilihan dengan satu suara itu akan berarti bagi proses perpolitikan di suatu daerah. Hal semacam inilah yang menjadikan mereka engan ikut memilih dan malah mejadi ikut-ikutan untuk menjadi golongan putih, golongan yang tidak ikut memilih, maka sosialisasi pemilu dan pendidikan politik perlu dilakukan untuk menghindari melek politik pemilih pemula,” terangnya.
Adi menambahkan, sosialiasasi pemilu sebagai bagian dari proses pendidikan politik merupakan kebutuhan dasar bagi pemilih pemula agar mereka tidak melakukan suatu proses memilih seperti memilih kucing dalam karung tapi mereka memilih berdasarkan suara hati nurani dan memilih dengan pertimbangan rasional sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar pemimpin yaang berangkat atas keinginan dan kemaslahatan orang banyak.
“Untuk melakukan program tersebut bisa dengan acara seminar-seminar, sosialisasi, atau bahkan bisa lewat media-media informal seperti facebook dan tempat-tempat berkumpul anak muda tersebut.” Tutup Adi.[RN]