SURABAYA, (Panjimas.com) – Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama Kota Surabaya mencetak 100 kader “NU Care” dari kalangan kampus.
“Mereka akan dipersiapkan menjadi petugas NU Care untuk meningkatkan manajerial pengelolaan dana dan kegiatan bantuan sosial masyarakat Kota Surabaya,” kata Ketua Lazisnu Kota Surabaya Yusuf Hidayat, di Surabaya, Ahad (10/4/2016). Demikian dilansir antaranews.
Dalam Pelatihan Manajemen dan Pengkaderan Amil di Surabaya, Sabtu (9/4), ia menjelaskan 100 kader itu berasal dari warga NU, remaja NU, dan kalangan kampus di Surabaya seperti ITS dan Unair.
“Mereka akan menjadi motor penggerak Lazisnu dan Program NU Care di Surabaya. Untuk itu, mereka nanti diharapkan mampu menjadi petugas yang profesional dalam manajerial pengelolaan dan pengoperasian dana zakat, non-zakat, infak dan sedekah dari warga NU dan masyarakat,” katanya pula.
Menurut dia, mereka akan menjadi kader yang mampu bekerja secara profesional dalam pengelolaan dana untuk memperluas jaringan dan meningkatkan kegiatan bantuan sosial “NU Care”, seperti bantuan pendidikan dan kesehatan masyarakat Kota Surabaya.
Hal yang sama juga disampaikan salah seorang Pimpinan Pusat Lazisnu Syamsul Huda yang berharap dengan pelatihan kader tersebut nantinya bisa melakukan pengelolaan dana dan memperbanyak kegiatan bantuan “NU Care” di Surabaya.
Pada tahun 2016, PBNU melalui Lazisnu lebih meningkatkan bantuan sosial melalui Program NU Care, sedangkan untuk urusan zakat Lazisnu tetap bekerjasama dengan Baznas.
“Untuk dana Program NU Care dan kegiatan sosial sepenuhnya akan dilakukan oleh NU cabang masing-masing dan laporan pengelolaan akan disampaikan secara transparan dan terbuka, laporan keuangannya harus bisa diakses siapa saja, kapan saja, dari mana saja,” ujarnya.
Wakil Rais Syuriah NU Kota Surabaya KH Azhar Sofwan MPi berpesan agar dalam meningkatkan dan mengembangkan manajemen operasional tetap mengedepankan aspek hukum yang sudah ditetapkan oleh NU maupun regulasi dari pemerintah.
“Yang perlu diperhatikan oleh Lazisnu bahwa manajemen adalah untuk mempercepat dan mempermudah orang untuk berzakat tapi bukan mengabaikan aspek hukum, mudah-mudahan dengan prinsip ini semangat berzakat semakin tinggi,” ujarnya pula.
Dalam kesempatan berbeda, Pengurus Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) UIN Sunan Ampel Surabaya menggelar diskusi mengenai “Relasi Media dan Kekuasaan” untuk membekali kader agar menjadi penikmat media yang kritis.
Pemimpin Redaksi (Pimred) Majalah Pelajar Santri Berprestasi (PASTI) sekaligus jurnalis Lukman Hakim mengatakan, ada tiga hal yang harus dipahami untuk membedah relasi media dan kekuasaan di antaranya posisi pemerintah, pengusaha (kapital), dan media.
“Idealnya tiga komponen tersebut saling menjalankan fungsinya secara optimal, namun hari-hari ini mudah kita jumpai pengusaha memiliki media, kemudian masuk ke pemerintahan. Akhirnya yang terjadi konten yang disajikan bias dan cenderung mengarah pada kepentingan tertentu, karena itu perlu media yang proporsional,” katanya pula. [RN]