YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Seminar nasional “Sastra Santun di Era Digital” digelar dalam rangka peringatan milad Forum Lingkar Pena (FLP) yang ke-19. Acara diadakan di Auditorium Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada Sabtu (27/2/2016) jam 08.00-13.00 WIB.
Dalam acara tersebut, hadir Ketua Umum FLP Sinta Yudisia yang bertindak sebagai keynote speaker. Sedangkan sebagai pembicara, dihadirkan Asma Nadia, satrawan Yogya Evi Idawati, Muhammad Irfan Hidayatullah, dan Irfan Adam dari Aksaramaya. Dan selaku nmoderator adalah Bunda Mun.
Dengan gaya penuturan yang dramatis-sastrawi, Evi Idawati sebagai pembicara pertama menyeru kepada pegiat sastra islami untuk mengisi ruang digital yang sudah melekat di masyarakat dewasa ini.
“Dalam era digital, kita harus berada di sana… Ia adalah momentum yang tak pernah terlewatkan,” seru dia.
Disambung oleh M. Irfan Hidayatullah, dosen dan sastrawan yang pernah menjabat sebagai Ketum FLP ini menegaskan bahwa media hanyalah cashing semata dan sastra itulah ruhnya.
“Yang menjadi ‘mukjizat’ bukanlah benda, tapi sastra… Media hanyalah chasing saja,” tegasnya.
Dia pun meyakinkan lagi dengan mengatakan, “Sastra itu ‘kekal’ dan universal.”
Kemudian praktisi e-book Irfan Adam menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat teratas sebagai pengguna media sosial, namun sebaliknya meraih peringkat nomor tiga dari bawah dalam hal minat baca. Maka kenyataan ini mendorongnya untuk mengambil terobosan dengan menghadirkan aplikasi digital “Moco” guna melejitkan pertumbuhan minat baca masyarakat.
“Saat ini Yogya memduduki peringkat tertinggi minat bacanya di Indonesia,” ujarnya.
Asma Nadia sebagai pemateri terakhir menyampaikan dua pesan. Pertama, agar para hadirin menghindari sikap excuse (beralasan). Kerena bila alasan-alasan itu dipelihara, akan menjadikan yang bersangkutan tak mau mengambil tindakan.
“Selama memelihara excuse, nggak akan pernah jadi penulis,” tegas dia.
Yang kedua, Asma menyadarkan hadirin agar mengambil atau memberi dukungan bagi pegiat sastra islami yang mengambil peluang di dunia perfilman. Sebagai pembukanya, Asma menyuguhkan cuplikan film terbarunya yang berjudul “Pesantren Impian” yang dijadwalkan tayang pada 3 Maret mendatang.
Dalam acara ini pun, diadakan pula pemutaran film pendek karya FLP Yogya, dan pertunjukan teater yang dipadu musikalisasi puisi dari Forte. Forte sendiri adalah divisi teater dari FLP Yogya.
Menurut ketua panitia Nadia, seminar ini dihadiri oleh 40 tamu undangan dari berbagai perwakilan cabang FLP, dan 160 peserta dari dalam maupun luar FLP. Beberapa pengurus pusat dan dewan penasihat pun hadir, seperti Afifah Afra, Izzatul Jannah, juga Boim Lebon. Bahkan acara ini juga dihadiri oleh anggota FLP Malaysia. [IB]