MOJOKERTO, (Panjimas.com) – “Wow, enak juga ternyata,’’ gumam Iwan Setiawan saat mencicipi roti buatan santri Elkisi Mojokerto, akhir Januari lalu. Tak ayal, Kepala Kantor Cabang Pembantu BNI Syariah Mojokerto itupun menandaskan roti di tangannya.
Melalui release yang dikirimkan ke Panjimas Rabu, (24/2/2016) disebutkan, cemilan tersebut merupakan hasil uji coba kali ketiga para santri. Melalui Program Pemberdayaan Ekonomi berbasis Pesantren yang dikemas LAZIS Dewan Da’wah dan Yayasan Hasanah Titik, sebanyak 170 santri Elkisi yang disebut “Santri Hasanah” mengikuti pelatihan pembuatan roti.
Dalam waktu singkat, mereka sudah dapat memproduksi roti dengan kualitas standar untuk dikomersilkan.
“Santri-santri di sini mendapat pelajaran tataboga. Sehingga dengan mesin modern dan bahan baku bermutu bantuan Hasanah Titik, saya optimis usaha ini akan maksimal,” tutur Udin, mentor produksi roti Ponpes Elkisi.
“Sekarang setiap hari lebih mengasyikan, karena ada praktek membuat roti. Kami ingin membesarkan dapur roti ini menjadi pabrik roti,” ujar Luci, siswi kelas X SMA Elkisi.
Program ekonomi pesantren digulirkan dalam rangka mendorong kemandirian ekonomi pesantren dalam menghidupi biaya operasional pesantren. Sekaligus sebagai wadah pembelajaran ilmu ekonomi praktis bagi santri.
“Diharapkan saat terjun ke masyarakat, santri dapat mengaplikasikan ilmunya untuk kemandirian pribadi dan bermanfaat bagi lingkungan,” papar Agung Gumelar, Koordinator Program LAZIS Dewan Da’wah.
Pesantren Elkisi yang berlokasi di Kemuning Mojorejo Pungging, Mojokerto, Jawa Timur, di lereng gunung Penanggungan dan Welirang. Pesantren dengan areal seluas 3,5 hektar ini dirintis sejak 2005 melalui penggalangan wakaf tanah meteran.
Saat ini, jumlah santri Elkisi 400 orang dengan jumlah pembina sebanyak 40 asaatidz.
Ustadz Arif, Koordinator Santri Hasanah Ponpes Elkisi, menjelaskan, pembinaan dan pendampingan produksi roti dilakukan selama setahun dan berkelanjutan.
Pemasaran roti dilakukan dengan memberdayakan masyarakat sekitar pesantren, sehingga mampu mumbuka peluang usaha dan mengurangi pengangguran.
“Kalau pasar roti, insya Allah kita punya jamaah captive. Misalnya jamaah pengajian bulanan, yang mencapai sekitar seribu orang. Ini salah satu pasar kita,’’ ujar Ustadz Arif. [RN]