(Panjimas.com) – Rasa cemburu pasti dialami setiap insan, sebuah rasa yang memang sudah ada (fitrah) pada diri seseorang. Bagaimana ia meminimalisir rasa itu yang sangat sulit dilakukan.
Terkadang saat kecemburuan itu melanda, kebanyakan orang menangis, marah-marah, serta menghabiskan waktu sia-sia untuk hal-hal yang bersifat fana. Bukan hanya itu terkadang nyawapun jadi sasaran karena cinta yang berlebih pada seseorang.
Menempatkan rasa cinta kepada makhluk diatas segalanya sehingga lupa dan rela dzalim terhadap dirinya sendiri. Memang tak dapat dipungkiri, betapa sulit meredam kecemburuan. Tetapi bukankah ajaran Islam selalu memiliki solusi untuk itu semua.
Berikut beberapa tips meminimalisir rasa cemburu dan himbauan untuk para suami,
Sibukan diri dengan tilawatil qur’an
Membaca al-qur’an merupakan kegiatan yang digemari banyak orang. Karena magnet yang terhantar dalam tubuh sehingga mendekatkan diri pembaca dengan Rabbnya semakin dekat. Menjadikan Rabbnya sebagai sandaran pertama dalam problematika kehidupannya. Dengan membaca al-qur’an membuat hati tentram, damai sehingga kegundahan dalam hati terhapuskan. Butir-butir pahala yang diberikan menjadikan seseorang yang sedang sedih termotivasi menjadi senang dan bahagia.
Baca buku
Buku menjadi sumber segala pencerahan, ketika merasa memiliki sedikit ilmu, sedikit kegundahan, buku menjadi objek sasaran yang sangat menyenangkan. Terkadang )buku dapat membuat ceriah kembali kehidupan dari kenyataan yang pahit. Memberi ketegaran sang pembaca dikala kesedihan melanda. Buku salah satu sumber pencerahan untuk kembali memulai keceriahan.
Kegiatan rumah tangga
Kegiatan rumah tangga sungguh sudah amat padat. Tak ada waktu berleha-leha. Terkadang merasa sudah selesai semua pekerjaan, tak taunya masih ada lagi dan lagi. Sebuah pekerjaan yang menghabiskan tenaga dan waktu. Jadi sangat cocok untuk para istri konsen didalamnya tanpa harus buang waktu gak jelas cemburu terhadap suami.
Meningkatkan kualitas diri
Meningkatkan kualitas diri salah satunya seperti kegiatan diatas. Baca buku dan tilawatil qur’an yang menuntut otak dan pikiran tertuju terhadapnya. Pikiran kita yang negatif dapat terhapuskan dengan kegiatan positif tersebut. Menjadikan diri percaya diri bahwa ‘saya satu-satunya pilihan yang tepat suami tercinta’. Dengan membaca buku dan al-qur’an teralihkan semuanya.
Jauhkan hp sementara
Ini dia awal pemicu kecurigaan yang menimbulkan kecemburuan mengebuh-gebuh. Orang yang belum jelas sudah tersudutkan dengan perasaan kita yang sedang tidak stabil. Energi dihabiskan untuk membuat kerangka cemburu sehingga terhembus pada sasaran target yang dicemburui. Mucullah prasangka buruk terhadap suami akan semua kegiatan yang dilakukan. Kemungkinan besar akan menimbulkan rasa tidak percaya lagi. Oleh karena itu, lebih baik untuk sementara waktu diasingkan terlebih dahulu hp yang biasa kita genggam.
Makan
Makan merupakan kegiatan paling mengasyikan. Makan makanan yang mengandung coklat konon dapat menentramkan hati. Pastinya makanan yang memang kita sukai karena jelas kehalalan dan kebaikan untuk tubuh kita. Jangan sampai ketika kesedihan menimpa, kita menambah kesedihan tersebut yang dapat mencelakakan diri kita sendiri dengan rela mati-matian mogok makan lantaran urusan sepele yang berhubungan dengan hati.
Perbanyak istighfar atau dzikir
Istighfar atau dzikir memiliki keutamaan, dalam sabda-Nya:
“Maukah aku beritakan kepada kalian perbuatan kalian yang paling baik, paling suci di sisi Raja kalian, paling tinggi dalam derajat kalian, lebih baik bagi kalian daripada menginfaqkan emas dan perak, dan lebih baik bagi kalian daripada bertemu dengan musuh kalian lantas kalian memenggal leher mereka atau mereka memenggal leher kalian?” Para sahabat berkata, “Tentu (wahai Rasulullah).” Beliau bersabda, “Berdzikir (mengingat dan menyebut) Allah.” (HR. At-Tirmidzi)
Ingatkanlah diri kita, di setiap kondisi yang kita alami, kita patut mengingat Allah SWT, baik keadaan senang maupun dalam keadaan sedih. Limpahkanlah, serahkanlah semua urusan dengan yang Maha Mengurus, yakni Allah SWT. Tak patut kita berlemah diri, pesimis atas ujian yang sedang kita hadapi. Terus mengingat Allah lah kita akan selalu kuat dalam setiap kondisi.
Positif thinking
“Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk ucapan yg paling dusta, & janganlah kalian saling mendiamkan, saling mencari kejelekan, saling menipu dalam jual beli, saling mendengki, saling memusuhi & janganlah saling membelakangi, & jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yg bersaudara.” (HR. Bukhari No. 5606)
Berlapang dada (Ikhlas)
Wahai Para Suami!
Wahai para suami, redakanlah rasa cemburu yang berada pada istri kalian. Bersikap sensitiflah atas tingkah laku mereka. Jangan sampai kecemburuan berujung pada perceraian bahkan maut sekalipun.
Begitu pula para istri, jagalah hati dan ketenangan rumah tangga kalian. Janganlah kalian membuat suami merasakan neraka didalam rumahnya sendiri. Ketidaknyamanan sikap serta pelayanan dari kalianlah yang mereka butuhkan. Bersikap qona’ahlah atas hasil yang suami kalian berikan. Jangan banyak mengeluh serta menggerutu. Do’akanlah serta semangatilah suamimu dalam segala hal.
Rasa cemburu di alami setiap pasangan, baik suami maupun istri, saling menjaga perasaan salah satu konci kelanggengan rumah tangga. Jangan memancing kecemburuan jika memang tidak ingin dicemburi oleh pasangan kita. Bersikap bijaklah dalam setiap kondisi.
Dan sungguh wajib hukumnya bagi kalian (para suami) memiliki rasa cemburu kepada istri. Bahwasannya Nabi bersabda: “Tiga golongan yang tidak akan masuk syurga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai pria dan dayuts.” (HR. Nasa’i, Hakim, Baihaqi dan Ahmad).
Dayuts adalah suami/ kepala keluarga yang tidak cemburu terhadap istrinya. Suami dituntut untuk memiliki rasa cemburu kepada istrinya agar terjaga rasa malu dan kemuliaan bagi dirinya. Cemburu merupakan fitrah manusia yang Allah berikan, dan termasuk akhlaq mulia. Cemburu dapat menjaga dan melindungi harga diri dan keluarga dari tindakan melanggar syariat. Terkadang, karena kerusakan akhlaq dan moral serta sistem negri yang mengatasnamakan modernitas telah mengikis rasa cemburu para suami. Suami tidak lagi sensitif (marah) dengan penampilan istri yang mencolok, busana yang tidak menutup aurat, istrinya digoda orang lain, istrinya berkhalwat dengan pria lain. Akibatnya pintu perselingkuhan pun terbuka lebar hingga berujung pada kehancuran rumah tangga.
Ingatlah perkataan lelaki ini!
Sa’ad bin Ubadah ra berkata: “Seandainya aku melihat seorang pria bersama istriku, niscaya aku akan menebas pria itu dengan pedang.” Nabi SAW. Bersabda: “Apakah kalian merasa heran dengan cemburunya Sa’ad? Sungguh aku lebih cemburu daripada Sa’ad dan Allah lebih cemburu daripadaku.” (HR. Imam Ahmad, Al-Bukhari, dan Muslim)
Rasulullah bersabda: “Rasa cemburu ada yang disukai Allah dan ada pula yang tidak disukai-Nya. Kecemburuan yang disukai Allah adalah yang disertai alasan yang benar. Sedangkan yang dibenci ialah yang tidak disertai alasan yang benar (cemburu buta).” (HR. Abu Daud)
Cemburu buta itu memang merugikan, menyiksa jiwa, merusak kehidupan rumah tangga, serta mendorong pelanggaran syariat, seperti banyak mengeluh, mencela, berprasangka buruk sehingga menuduh orang yang tidak bersalah, curiga terhadap sesuatu yang belum jelas dan pasti, rasa was-was yang berasal dari setan (QS. An-Naas:3-6), pembunuhan, bahkan kekafiran karena membenci ketentuan hukum yang Allah syariatkan. Allah swt berfirman, “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada ketentuan (syariat) yang diturunkan Allah sehingga Allah membinasakan amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9).
Sibukkanlah diri dengan amal sholeh, bangun kepercayaan dan keterbukaan terhadap pasangan satu sama lain, berkomunikasilah sesuai dengan persinya masing-masing. Jangan memancing keributan. Selalu melakukan monitoring dalam rangka ‘nasehat-menasehati dalam kema’rufan dan kemungkaran’, kemudian saling memberikan pujianlah pada pasangan kalian. Wallahu a’lam.
Penulis, Miftah Jannah