(Panjimas.com) – Mencuatnya kasus prostitusi On Line di kalangan artis belakangan ini, hanyalah segelintir problem yang menimpa perempuan. Hal yang sama berlaku untuk kasus pelecehan yang menimpa anak-anak di negeri ini. Beragam pendapat dan pendangan pun beradu di berbagai media:cetak, elektronik maupun online. Masing-masing berbicara tentang penyebab terjadinya kasus tersebut berikut alternatif solusi yang mungkin dilakukan agar kasus yang serupa tidak berulang. Para pakar ini melihat dari sudut pandang yang berbeda.
Kaum Genderis melihat bahwa kasus yang menimpa perempuan lebih disebabkan karena faktor kepemimpinan yang lebih dominan pada tangan laki-laki sehingga memunculkan bias jender.Menurutnya karena pemimpin di berbagai lembaga mayoritas laki-laki, sehingga berakibat kurang diperhatikannya nasib perempuan. Kaum perempuan bahkan termarjinalkan, menurut mereka.
Demikianlah pembicaraan tentang anak dan perempuan dari tahun ke tahun memang selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Bahkan ketika tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu dengan aneka tema, tidak mengurangi masalah Ibu sebagai bagian dari perempuan. Karena dari tahun ke tahun selalu muncul kasus yang menimpa kedua kelompok insan ini : perempuan dan anak. Hingga tahun pun telah berganti. Memasuki tahun 2016 ini, akankan nasib kaum ibu dan anak bakal menjadi lebih baik?
Menjawab pertanyaan di atas bukanlah hal yang gampang. Akan tetapi mencari akar masalah dari kasus ini, tampaknya akan memperikan harapan bagi kita untuk menemukan solusinya. Ibarat seorang dokter yang berusaha menyembuhkan pasien, maka dengan diagnosa yang tepat, bisa ditentukan obat yang tepat sehungga bisa menaruh harapan besar untuk kesembuhan pasiennya.
Akar masalah kaum ibu dan Anak
Dalam sebuah pertemuan di hadapan politikus Swedia pada tahun 2014, Direktur Eksekutif UNFPA (United Nation Fund for Population Activities), Babatunde Osotimehin, menyatakan “perempuan dan gadis-gadis itu bukan komoditas, dan harus diperlakukan sebagai manusia” Pernyataan itu menggambarkan betapa kehidupan ini telah rusak. Kehidupan di akhir zaman dalam kepemimpinan sistem yang berideologi kapitalis. Dengan azasnya yang sekuler maka manfaatlah yang berlaku dalam perputaran sistem ini. Ideologi sekuler ini tidak pernah ragu untuk menjadikan perempuan untuk meraih keuntungan materialistik. Jadilah perempuan menjadi komoditas. Keindahan yang melekat padanya bisa dijual. Wajah cantik, tubuh molek, bodi menarik, kulit mulus semua dipandang sebagai barang dagangan yang dapat mendatangkan uang.
Banyak perempuan yang bekerja bukan hanya sebagai sales atau tenaga pemasar, namun juga menjadi iklan yang mengeksploitasi kefeminitasanya, meski acapkali barang dan jasa yang mereka tawarkan tidak berhubungan dengan perempuan. Boleh dikatakan hampir 90% iklan mengunakan perempuan sebagai medianya. Posisi perempuan dalam ranah publik seperti dalam media, harus dilihat dari wacana seksualitas yang berkembang.
Demikianlah ide kapitalisme telah menguasai semua segi kehidupan, termasuk dunia industri. terutama saat ini, ketika media komunikasi menduduki sarana vital bagi relasi sosial. Liberalisasi –hal yang sangan menonjol dalam sistem kapitalis-sangat mendukung industri bisnis. Kapitalis tidak peduli dengan efek kerusakan yang ditimbulkan oleh bisnis haram, seperti menjual kepornoan. Keuntungan dari bisnis porno ini sangat mencengangkan.
Terjerat Neoliberalisme dan Neoimperialisme
Indonesia saat ini tengah dalam cengkeraman neoliberalisme dan neoimperialisme. Termasuk imbas dari cengkraman ini adalah nasib perempuan yang kian sengsara dan menderita. Berbagai upaya dan kebijakan digulirkan untuk menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan, namun perbaikan tak kunjung datang. Sebagai contoh saat marak peristiwa perkosaan di angkutan umum, tidak ada tindakan tegas yang dilakukan pemerintah. Alih-alih menyelesaikan penyebab permasalahan serta melindungi dan memberikan rasa aman kepada perempuan. Yang terjadi justru Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian menyarankan perempuan membawa alat proteksi saat pulang pada malam hari (Kompas.com, 23/6/2015). Sehingga solusi berbagai permasalahan pun hanya mengambang.
Ternyata hal ini tidak lepas dari permasalahan perempuan di berbagai belahan dunia. Kapitalis telah mendudukan posisi wanita sebagai komoditi. Termasuk kesetaraan gender yang mereka teriakkan adalah penyebab berbagai persoalan perempuan. Perempuan dibiarkan menyelesaikan masalahnya sendiri, termasuk dalam mencari sandang, pangan, kesehatan, dsb. Pada akhirnya banyak yang dikorbankan, yaitu generasi penerus mereka. Miris jika kita dengar di negeri yang memiliki SDA berlimpah, saat ini masih terdapat 22,77 juta perempuan Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Lebih dari 2,5 juta perempuan menjadi buruh migran. Mereka meninggalkan anak dan keluarganya akibat kemiskinan. Inilah potret buram perempuan di bawah naungan kapitalisme-sekulerisme.
Mencari Solusi Haqiqi
Sudah saatnya perempuan, khususnya muslimah, menyadari bahwasanya kapitalisme tidak akan menyelamatkan dari permasalahan-permasalahan mereka. Hanya sistem Islam yang mampu memberikan solusi yang komprehensif untuk mereka. Hanya Islam yang dengan sangat tegas menjaga kehormatan perempuan. Khilafah akan menjamin pelaksanaan tugas utama perempuan sebagai ibu dan pengatur rumah (ummu wa rabbatul bayt). Demi menjamin kedudukan mulia ini, Islam menjauhkan perempuan dari lingkup tanggung jawab berat yang ada pada urusan pemerintah. Disisi lain negara wajib menyediakan lapangan kerja bagi laki-laki agar dapat memberi nafkah kepada keluarga mereka.
Keamanan merupakan jaminan bagi seluruh warga negara Khilafah, termasuk keamanan bagi perempuan. Khilafah akan menerapkan hukum persanksian (uqûbat) Islam. Setiap pelaku pelanggaran, baik pelanggaran atas hukum syariah ataupun administrasi negara, akan dikenai sanksi sesuai ketetapan syariah dan kebijakan khilafah. Khilafah akan memberlakukan hukum cambuk dan rajam bagi pezina, hukum potong tangan bagi pencuri, hukum qishâsh bagi pembunuh dan kejahatan fisik, hukum cambuk bagi peminum khamr, hizbuth ta’zir (berupa denda, cambuk atau kurungan) bagi pelaku khalwat, pelecehan dan lain sebagainya. Hukum-hukum tersebut akan menjamin keamanan, kehormatan serta kemuliaan perempuan.
Demikianlah sistem Islam yang telah menyiapkan solusi bagi setiap masalah perempuan. Hanya Khilafah yang memberikan jaminan hak anak dan perempuan. Hanya khilafahlah yang mensejahterakan ibu dan seluruh anggota keluarganya. Wallohua’lam bisshowab.
Penulis, Susmiyati ,S. Pd
Alamat: Desa Dukuh, Kecamatan Gondang,Tulungagung