SOLO, (Panjimas.com) – Selama pembangunan Masjid Hidayah Istiqomah di lokasi bekas Mushala Nur Hidayah di kampung Rejosari, Gilingan, Solo, ruang tamu rumah seorang warga dijadikan mushala darurat. Adalah ruang tamu rumah Sahliman yang hanya berukuran 3 x 3 m2, sehingga hanya mampu memuat satu shaf. Memang rumah-rumah di kampung yang dikelilingi rel kereta api ini hampir semua berukuran kecil.
“Di sini juga untuk TPA. Alhamdulillah sekarang santrinya ada lima puluh. Dulunya di atas (loteng), tapi itu kan kayu, bukan cor, jadi takutnya ambrol. Makanya pindah bawah sini,” kata Sahliman kepada panjimas.com, Selasa (5/1/2016), di rumahnya.
Pria asal Bojonegoro yang tinggal di Rejosari sejak lebih dari dua puluh tahun ini berkisah, bahwa sebelum ada mushala Nur Hidayah, masjid yang ada hanya di seberang rel. Sebenarnya tak terlalu jauh jaraknya, hanya seratusan meter, tapi harus melintasi rel kereta api yang cukup padat jadwal. Terlebih, ke depan direncanakan akan dibangun rel ganda, dan kemungkinan besar akan dipagar demi keamanan. Sehingga akses menuju masjid harus memutar. Padahal jumlah penduduk ber-KTP Islam di kampung itu sebesar 80%.
“Kalo nanti ditutup ya harus melewati jalan besar. Soalnya juga sudah beda kampung,” terangnya.
Artinya, pembangunan masjid berukuran 4 x 8 m2 ini sangat penting. Terlebih, kampung tersebut diapit dua gereja.
“Kalo yang sana (gereja.red) besar Jemaatnya malah dari luar, biasa diangkut pakai bus,” kata pria yang rumahnya di tepi rel ini.Dirinya berharap, semoga Allah memberi kelancaran pembangunan Masjid Hidayah Istiqomah, yang nantinya akan menumbuhkan kesadaran warga akan pentingnya beribadah.[IB]