SOLO, (Panjimas.com) – Jalur rel kereta api di depan bakal Masjid Hidayah Istiqomah kini tak kumuh lagi seperti dulu. Sebelum dimulai gerakan dakwah pemberdayaan masyarakat pinggiran yang dilakukan Suwono Hadi Sumitro, atau yang akrab dipanggil Mbah Wono, jalur rel yang terbentang di sisi utara kampung Rejosari, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari Solo ini tampak semrawut oleh sampah plastik.
Sederhana saja cara Mbah Wono. Dia hanya mengawali dengan menjumputi sendiri plastik-plastik yang tercecer di sana. Maka kemudian warga sekitar yang mrnyaksikan pun merasa tergerak hatinya, lalu atas kesadaran sendiri turut menjaga kebersihan jalur rel dan gang sempit di tepinya.
“Awalnya Mbah Wono menjumputi sampah plastik di rel. lalu warga kan perasaannya gimana. Ya lalu jadi lebih menjaga kebersihan,” terang Sahliman, warga Rejosari kepada panjimas.com di rumahnya, Selasa (5/1/2016).
Awalnya Mbah Wono masuk ke kampung tersebut berbekal beras 45 kg. “Saya datang bawa beras 45 kg. Malam-malam jam delapan itu. Lalu dibagikan ke warga yang membutuhkan,” kisah pria yang juga membina Kampus Pemberdayaan Perempuan ini pada kesempatan yang sama.
Selain merenovasi rumah bekas tempat maksiat yang kemudian dibeli dan dialih-fungsikan menjadi mushala oleh Sahliman, Mbah Wono juga mengadakan gerakan kebersihan. Pembersihan jalur rel kereta api dari sampah hanya sebagian dari gerakan kebersihan yang ia lakukan. Selain itu, Mbah Wono juga mengusahakan perbaikan sumur dan MCK umum, pengecatan dinding-dinding di sisi gang yang menuju ke mushala, dan membagikan rak alas kaki dan jemuran dari bambu untuk warga.
Untuk pembagian rak tempat alas kaki dan jemuran, memang tidak merata ke seluruh warga. Tapi Mbah Wono memrioritaskan bagi warga yang memang memerlukan fasilitas tersebut.
“Memang tidak merata, tapi kita prioritaskan bagi warga yang memang memerlukan,” pungkasnya. [IB]