JAKARTA, (Panjimas.com) – Bukanlah hal yang mudah untuk menghafalkan Al-Quran, selalu ada tantangan sendiri ketika mendedikasikan diri menjadi seorang penghafal Al-Quran. Namun berbeda dengan Ahmad Basyir Najwan, ia berkomitmen pada dirinya sendiri menjadikan Al-Quran sebagai salah satu media pembelajaran sekaligus sebagai sarana pengaktualisasian diri.
Saat ini Basyir, sapaan akrabnya, duduk di kelas 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP) SMART Ekselensia Indonesia. Ia dilahirkan di Kota Banjar, Kalimantan Selatan, pada 25 Oktober 2000. Perkenalan pertamanya dengan hafalan Al-Quran datang dari sang kakak, kala itu ia bercerita mengenai kemuliaan yang akan diterima kedua orang tua mereka kelak apabila ada salah satu anggota keluarga yang berhasil menjadi seorang penghafal Al-Quran. Sejak saat itu Basyir bertekad, berniat, dan berjanji untuk menjadi seorang penghafal Al-Quran.
Di usianya yang menginjak 15 tahun, Basyir sudah menghafal sebanyak 18 juz. Basyir sendiri memiliki jadwal padat dan target yang harus ia capai, satu hari ia menghafal 5 halaman, per 4 hari ia targetkan hafal 1 juz, dan per bulan ia harus bisa menghafal 7,5 juz. “Sulit”, kata pertama yang Basyir ucapkan ketika ditanya bagaimana membagi waktu antara sekolah dan menghafal Al-Quran, apalagi Basyir masih tercatat sebagai seorang pelajar SMP.
Kesibukan yang padat, pekerjaan rumah yang menumpuk serta kegiatan ekstrakulikuler kadang menjadi penghambat terbesar baginya. “Kalau lagi banyak ulangan atau kegiatan di luar seperti Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang saya ikuti di Palu beberapa bulan lalu biasanya jadwal menghafalnya diganti ke hari lain, supaya sama-sama adil,” ujarnya. Basyir mengaku mendapatkan banyak motivasi dari para guru terutama Ustadz Syahid dan juga kawan-kawannya di asrama, “Kalau lagi malas biasanya Ustadz Syahid dan teman-teman akan memotivasi saya agar bangkit lagi dan tidak malas berlarut-larut,” tambahnya.
Menurut Basyir ada beberapa tips untuk menghafal dan menjaga hafalan antara lain: Buat jadwal murajaah yang detail, konsiten, jangan cepat puas dan cepat bosan, ingat motivasi di awal, dan ikuti jadwal yang sudah dibuat.
Berkat prestasinya, Basyir terpilih sebagai salah satu penerima manfaat dari Bank Danamon Syariah (BDS) berupa perjalanan Umrah ke Tanah Suci Mekah. “Perasaan saya kala itu senang dan sedih. Senang karena akhirnya bisa ke luar negeri dan ke Baitullah, sedih karena pulang kampung nanti waktunya kepotong,” tukasnya. Basyir dinilai memiliki semua kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi salah satu penerima manfaat BDS. “Di Baitullah nanti saya akan berdoa untuk kesehatan dan kelancaran urusan keluarga, berdoa agar hafalan bisa cepat selesai, berdoa agar nanti bisa ikutan Olimpiade Sains tingkat internasional dan menang, juga berdoa untuk kakak-kakak kelas 5 di SMART Ekselensia Indonesia agar semua lulus dan semua diterima di PTN yang mereka inginkan,” imbuhnya.
Saat ini Basyir masih giat menghafal Quran, sebelum keberangkatannya ke Tanah Suci dan kepulangannya ke kampung halaman ada target besar menanti untuk ia selesaikan, hafal 30 juz Al-Quran. (NHR)