(Panjimas.com) – “Siapa- siapa mencari agama selain agama Islam, maka tidak akan diterima (agama itu) dari padanya dan di akherat kelak termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imron: 85)
Sebagai hamba dan makhluk Allah kita patut bersyukur karena telah diberikan olehNya nikmat iman, Islam dan ihsan dengan cara memadukannya dan tidak memisahkannya karena ketiga hal itu ibarat ruh dan tubuh, jika iman ditampilkan sebagai watak – dan Islam sebagai tubuh, maka ihsan sebagai ruh yang mendinamiskan watak dan menggerakkan tubuh.
Said Qutb dalam tafsir “fii dzilail-Qur’an” merumuskan bahwa Islam adalah ‘aqidah yang memancarkan syari’ah : atas syari’ah itu berdiri nidzam (tata cara hidup), aqidah, syari’ah dan nidzham ketiga-tiganya berjalan sejalin, berpadu, hidup menghidupkan dan saling topang-menopang.
Islam telah menjadi agama sepanjang sejarah, sebagai petunjuk jalan kepada manusia menuju ketaatan kepada Allah Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta. Akan tetapi banyak diantara manusia yang berpaling daripada-Nya (QS. Ali Imron: 83).Islam sebagai satu-satunya agama yang paling diridhoi di sisi Allah SWT (QS. Ali Imron: 9). Sebagai seorang muslim tentunya kita telah menjalankan syari’at Islam walaupun belum secara kaffah seperti yang diperintahkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 208. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa kita harus berislam secara kaffah?
Hidup Bersama Islam
Hakekat berislam adalah penghambaan (Abdullah) dan kepemimpinan (khalifah) yang dengan itu manusia menjalankan hidupnya sebagai pribadi maupun sebagai makhluk sosial (madaniyyun bith-thob’ie).
Sebagai seorang muslim kita harus memegang teguh prinsip-prinsip Islam sebagai berikut :
- Prinsip Kesaksian Hal ini termaktub dalam dua kalimat syahadat bahwa Allah sebagai Rabb dan Muhammad sebagai utusanNya dan tauladan hidup kita.
b. Prinsip Keimanan Memahami dan meyakini tentang Allah, malaikat, kitab – kitab dan rasul – rasul, serta hari kiamat dan taqdir sebagai nilai dasar yang menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
c. Prinsip Keislaman Menegakkan sholat, berpuasa di bulan Ramadhan, membayar zakat dan pergi haji jika mampu sebagai landasan peribadatan baik yang bersifat transendental (mahdhoh).
d. Prinsip Da’wah Mengajak ke jalan Allah dalam setiap kesempatan dan cara-cara yang lazim dipahami oleh para Nabi dan Rasul. Hal ini bersifat kewajiban individu (fardlu ‘ain).
e. Prinsip Jihad Berjuang menegakkan Islam baik dalam diri, keluarga, masyarakat maupun negara yang diarahkan pada Daulah Islam sehingga terbentuknya sistem khilafah.
Mengapa Harus Hidup Bersama Islam?
Ada beberapa keunggulan Islam dari sistem ajaran manapun, hal tersebut adalah :
1. Orisinalitas
Kemurnian ajaran karena bersumber dari Allah dan lepas dari intervensi atau pengaruh dari pihak yang berkepentingan.
2. Manusiawi
Sesuai fitrah syarat dan kemampuan serta kebutuhan manusiawi secara umum dan di segala zaman.
3. Universal
Ajaran Islam merupakan ajaran yang dapat diterapkan oleh manusia tanpa kecuali dengan syarat dipenuhinya prinsip-prinsip tersebut diatas.
4. Operasional
Dapat diterapkan secara nyata dan ketepatan cara penerapannya akan membawa kepada sebesar-besarnya kemaslahatan dan keuntungan bagi manusia.
5. Relevansi
Berkesesuaian dengan kelas sosial manapun dan jenis kultur apapun serta akan membawa pada situasi masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran juga kesejahteraan dalam artian yang sebenar-benarnya.
Masa Ilunal Yaum
Ada beberapa sebab yang membuat umat Islam selalu disingkirkan dan dilecehkan oleh musuh-musuhnya, diantaranya karena :
1. Pemahaman terhadap Islam yang relatif tidak utuh karena pengaruh keyakinan masa lalu atau karena serangan pemikiran dari luar. Dan juga karena proses belajar tentang Islam yang tidak mengarah kepada Islam kaffah.
2. Krisis kepemimpinan. Para ahli agama Islam lebih banyak memerankan diri sebagai guru daripada leadership – sosio – religius. Akibatnya tokoh-tokoh Islam tidak diperhitungkan dalam memutuskan kebijakan-kebijakan strategis. Hal ini terjadi di tiap level baik secara vertikal maupun horizontal.
3. Lemahnya atau sempitnya wawasan kesejarahan yang berkenaan dengan perjuangan ummat Islam baik skala nasional maupun internasional. Tidak disadarinya serangan musuh bagi berbagai jalur dengan cara yang tujuan akhirnya adalah “pembasmian umat Islam” dari bumi nusantara.
Penulis, Ust. Drs. Alfian Tanjung M.Pd