KEPRI, (Panjimas.com) – Diperlukan kesatupaduan gerak semua elemen umat dalam rangka menyongsong lahirnya Indonesia kuat dan berperadaban mulia. Sehingga kemudian upaya integrasi nasional akan mewujudkan keutuhan prinsip moral dan etika bangsa dalam kehidupan bernegara.
Demikian kesimpulan mengemuka dalam acara Seminar Nasional Kepemudaan yang digelar oleh Pimpinan Wilayah Syabab (Pemuda) Hidayatullah Kepulauan Riau (Kepri) berlangsung di Abdullah Said Hall Komplek Pesanten Hidayatullah Batam, Kepri, Ahad pekan lalu.
Melalui release yang diterima redaksi Kamis, (29/10) dijelaskan seminar nasional kepemudaan ini merupakan rangkaian acara menyongsong Musyawarah Nasional IV Hidayatullah yang akan digelar awal November mendatang di Balikpapan.
Seminar nasional sehari ini dihadiri ratusan peserta dari berbagai elemen massa baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, perwakilan organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP), dan sejumlah perwakilan unsur Muspida Kota Batam.
Mengusung tema “Menyongsong Kepemimpinan Nasional Berinegritas”, seminar ini membahas sekelumit masalah kebangsaan dan kaitannya dengan peran-peran kepemudaan dengan sekaligus menilik momentum pesta demokrasi yang akan digelar serentak tidak lama lagi.
Hadir sebagai narasumber seminar ini yakni anggota DPD RI Kepulauan Riau Hardi S Hood, anggota Dewan Pimpinan Pusat Hidayatullah Nashirul Haq, Ketua Pimpinan Wilayah Hidayatulah Kepulauan Riau Jamaluddin Nur dan dipandu oleh Sekjen PP Syabab Hidayatullah Suhardi Soekiman.
Sedianya seminar ini dibuka oleh keynote speaker Wakil Ketua DPD RI Prof. DR. Farouk Muhammad. Diketahui tokoh nasional ini adalah akademisi pernah menjabat Rektor Universitas Bung Karno dan Gubernur Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
Namun jelang hari H, Farouk yang juga Sekretaris Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Pertahanan dan Keamanan ini menginformasikan kepada panitia melalui surat resmi tidak bisa hadir karena mendadak harus menggantikan Ketua DPD RI memimpin rapat persiapan Sidang Paripurna di Senayan.
Pembicara Hardi S Hood dalam pemaparannya mengatakan salah satu tantangan besar yang dihadapi anak muda kendatipun hal ini masih dianggap biasa, adanya gejala diantara kalangan pemuda yang adiksi internet.
Hardi mengemukakan dampak dari gejala adiksi ini. Dia mencontohkan, Tiongkok (Cina) diperkirakan memiliki sekitar 24 juta “web junkie” atau pecandu internet dari sekitar 649 juta populasi online di negeri itu. Mirisnya, kata Hardi, pencandu internet ini adalah anak-anak muda.
Biasanya pecandu internet ini sering menghabiskan waktu di dunia maya yang akhirnya melewatkan sekolah, atau bahkan jarang meninggalkan kamar tidur karena sibuk beraktivitas di ranah internet.
Tak heran, kata Hardi, di Tiongkok banyak bermunculan klinik dan pusat pelatihan ala militer untuk mengakomodir para pecandu internet yang ingin rehabilitasi.
Serupa di Jepang, jelas Hardi, mengutip suatu sumber terkonfirmasi, pusat-pusat rehabilitasi didirikan menyusul laporan yang menyebutkan bahwa ratusan ribu remaja di negeri sakura telah kecanduan akut dunia nyata dan lebih giat berinternet dengan tujuan yang tidak produktif seperti game dan sejenisnya.
“Bukan tidak mungkin gejala serupa juga terjadi di Indonesia, bahkan itu sangat mungkin. Kalau pemuda tidak segera mengambil peran aktif dan produktif, maka anak-anak muda bangsa ini bisa jadi hanya menjadi konsumen pasif,” kata Hardi.
Setali tiga uang dengannya, Nashirul Haq menilai kepemimpinan yang berintegritas harus dimulai dari menyiapkan dan serta membangun pribadi sumber daya manusianya. Karenanya, kata Nashirul, peran lembaga pendidikan menentukan dalam melahirkan pemimpin yang berintegritas.
“Dengan terbangunnya budaya ilmu dan tegaknya iman yang zero interest selain mengharap ridha Allah Ta’ala, maka kita bisa mengatasi berbagai macam persoalan bangsa. Karena itu dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang baik, diharapkan bisa membantu pemerintah untuk melahirkan pemimpin bangsa yang beriman dan berakhlak baik,” jelas Nashirul.
Sementara pemaparan Jamaluddin Nur yang didapuk menjadi pembicara pamungkas seminar ini menitikberatkan pembahasannya pada figur pemuda pendiri Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said.
Menurut Jamaluddin, apabila menelaah sejarah pergerakan serta kiprahnya, Abdullah Said merupakan tokoh Islam kontemporer dengan ide Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW) yang digagasnya yang berlandas pada konsepsi propetik diutusnya Muhammad sebagai nabi. Konsepsi itu yakni, jelas dia, adanya spirit menjadi umat penyelaras yang dengannya berlangsung secara sinergis peran pengabdian keummatan dan kebangsaan sekaligus.
“Almarhum Abdullah Said, menurut saya, adalah salah satu tokoh teladan inspiratif yang relatif secara konfrehensif mampu memanifestasi ide Islam berperadaban yang digagasnya seraya merelasikannya dengan realitas kemajemukan. Tentu tetap ada kekurangan, tetapi setidaknya beliau telah menunjukkan bahwa beginilah Man of Action itu,” ujarnya.
Menurut Jamaluddin, menyongsong lahirnya kepemimpinan nasional berintegritas bukanlah ilusi. Hanya saja, menurut dia, harapan-harapan tersebut tidak boleh berhenti semata wacana di permukaan.
Karenanya, Jamaluddin berharap pemuda Indonesia, khsusunya pemuda Islam, harus melakukan apa yang disebutnya sebagai demonstrasi kultural. Yakni, jelas dia, adanya upaya peragaan secara massif menegakkan nilai-nilai luhur moralitas.
“Pemuda harus melakukan demonstrasi kultural yang disana kemudian terperaga apa yang saya sebut dengan demonstrasi spiritual, demonstrasi intelektual, dan demonstrasi sosial,” kata Jamaluddin.
Sekjen PP Syabab Hidayatullah Suhardi Soekiman yang memandu seminar ini memungkasi bahwa Hidayatullah yang telah memasuki usia lebih dari empat dekade memiliki banyak tantangan di masa mendatang.
Tidak saja internal, tetapi juga Hidayatullah harus mampu merespon dan mensolusi berbagai dinamika eksternal. Sehingga diharapkan pada Munas IV Hidayatullah ini dapat ditelurkan beragam rekomendasi yang bernilai maslahah untuk umat.
“Lebih dari itu, problem-problem kebangsaan yang terus mendera menjadi tantangan generasi muda hari ini. Tidak sederhana memang, tapi bagaimanapun sebagai pelanjut estafeta kepemimpinan ini harus dihadapi,” ujar Suhardi.
Ketua PW Syabab Hidayatullah Kepulauan Riau Zaenal Arifin mengatakan acara seminar ini akan terus ditindaklanjuti pihaknya diantaranya akan menggelar dialog kepemudaan dan berbagai program lainnya di wilayah tersebut.