(SEPAK TERJANG KADER PKI TAHUN 1920-2015) – (PART 1)
Oleh: Drs. Alfian Tanjung M.Pd
(Panjimas.com) – Pernyataan Sudisman, CC-PKI, dalam sidang Mahmilub 1967:
“Jika saya mati sudah tentu bukannya berarti PKI ikut mati bersama dengan kematian saya. Tidak samasekali tidak. Walaupun PKI sekarang sudah rusak berkeping-keping, saya yakin ini hanya bersifat sementara, dan dalam proses sejarah, nanti PKI akan tumbuh kembali sebab PKI adalah anak zaman, yang dilahirkan oleh zaman”
GERAKAN PKI RENTANG 1920-1997
Dalam kurun 45 tahun keberadaan Partai Komunis Indonesia (PKI), ada dua peristiwa besar yang sangat mempengaruhi ingatan bangsa Indonesia, yakni Pemberontakan PKI 18-19 September 1948 di Madiun dengan tokoh utamanya Musso dan Gerakan 30 September 1965 atau Kudeta Dewan Revolusi 1 Oktober 1965 yang diotaki oleh DN Aidit sebagai Ketua atau Pimpinan CC PKI. Beberapa catatan tentang PKI dari awal berdirinya sampai berakhirnya rezim orde baru:
Pertama, kelahiran PKI tidak bisa dilepaskan dengan nama HJMF Sneevliet dkk yang nota bene mereka adalah orang-orang Belanda yang berpaham Komunisme, hal ini menjadi penting dipahami kenapa kader PKI tua maupun PKI muda kerap melakukan kegiatan di Belanda, selain di Inggris, Perancis juga di Cina, Rusia dan beberapa Negara lainnya yang memiliki ikatan dengan sejarah gerakan PKI atau komunisme Internasional.
Kedua, Gerakan PKI gemar melakukan KKM yakni Kerja di Kalangan Musuh yakni aktifitas infiltrasi, Sarekat Islam dirusak namanya dan kemuliannya dengan terbentuknya Sarekat Rakyat, yang sebelumnya muncul SI-Putih dan SI Merah. Hal yang sama juga mereka lakukan baik pada waktu orde lama, orde baru juga orde reformasi ( mereka PKI menyusup kekampus Islam dengan program Komunis Putihnya)
Ketiga, Aksi sepihak yang hampir selalu mengakibatkan korban nyawa terjadi sejak tahun 1927, 1946, 1948, 1962, 1964, 1965 bahkan sampai 1972, Oloan hutapea dkk di Blitar selatan masih melakukan gerakan bersenjata. Yang selanjutnya Gerombolan PKI selalu menuduhkan apa yang dilakukannya pada orang lain atau lembaga lain sehingga bisa disebut lempar batu sembunyi tangan. Termasuk teror politik yang membuat bubarnya Masyumi dan PSI, 1960.
Keempat, Kaderisasi, dari indoktrinasi, pembuatan sel dan kerja-kerja operasi militer atau operasi bersenjata termasuk menyusup dan kerja-kerja merusak tatanan masyarakat dengan cara halus maupun dengan cara kasar bahkan sadis. Gerakan PKI selalu membuat kerusuhan dan keresahan dimasyarakat diseluruh daerah di Indonesia. Kader PKI memiliki militansi yang cukup kuat dengan idiologi mereka, yang tertanam dalam perkaderan dan peran berstruktur.
Kelima, Regenerasi, konsep Kritik auto Kritik bisa dibaca dari Muso ke DN Aidit dari DN Aidit ke Sudisman dari Sudisman ke generasi transisi seperti Begug sastro, yang pada waktu era Reformasi dipegang oleh Mirah Mahardika (nama samaran), kepemimpinan PKI hasil kongres X adalah Wahyu Setiaji, Ketua Umum dan Teguh Karyadi (Wakil Ketua Umum), sementara Kongres ke XI belum terlaksana, relatif masih dipegang oleh kader-kader besutan Imam Sarju (92 tahun) dari hasil kerja Kongers PKI yang ke-10 yang dilaksanakan pada pertengahan Agustus 2010, tepatnya didesa ngabrak, Magelang Jawa Tengah.