Bismillaah wal Hamdulillaah .Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaah …
(Panjimas.com) – Ahok hingga kini tetap ngotot melarang penjualan Hewan Qurban di pinggir jalan dan Fasilitas Umum lainnya dengan dalih “ketertiban”, serta juga tetap ngotot melarang pemotongan Hewan Qurban di Halaman Masjid mau pun Sekolah dan Fasilitas Umum lainnya dengan dalih “kebersihan”, bahkan menginstruksikan agar semua penjualan dan pemotongan Hewan Qurban dilaksanakan di RPH (Rumah Pemotongan Hewan) Cakung – Jakarta Timur.
Dan lucunya, Ahok berdalih dengan tata cara penjualan dan pemotongan Hewan Qurban di Saudi Arabia.
DPRD Ndableg … ?!
Sejak pelarangan Qurban tersebut dikeluarkan Ahok, telah menuai protes masyarakat muslim di Jakarta. Para Tokoh Islam pun telah menyampaikan keberatannya melalui DPRD DKI Jakarta, namun hasilnya nihil.
DPRD terlihat tidak serius mengakomodasi keberatan para Tokoh Islam tersebut. Bahkan DPRD kelihatan sedang asyik main di ketiak Ahok. Buktinya, Hasil Angket yang telah menyatakan Ahok terbukti bersalah dan melanggar Undang-Undang sampai saat ini tidak ditidak-lanjuti hingga ke Paripurna untuk Pelengseran Ahok.
Mungkin benar adanya rumor yang menyatakan bahwa kerja DPRD itu selama ini hanya 6D yaitu Datang, Duduk, Dengar, Diam, Duit dan Dableg.
Dalih Ketertiban
Jika “ketertiban” yang menjadi Dalih, maka apa betul jika ratusan ribu Hewan Qurban di seluruh wilayah DKI Jakarta hanya “dijual” di RPH Cakung akan menjadi lebih tertib ?!
Atau apa betul jika ratusan ribu Hewan Qurban di seluruh wilayah DKI Jakarta hanya “dipotong” di RPH Cakung juga akan menjadi lebih tertib ?!
Atau mungkin Ahok ingin menggiring jutaan masyarakat miskin agar menyerbu RPH Cakung untuk menerima bagian Daging Hewan Qurbannya disana … ?!
Jika “syahwat” Ahok diikuti, maka ratusan ribu Hewan Qurban dari seluruh wilayah Jakarta akan digiring ke RPH Cakung untuk penjualan, maka bisa dibayangkan ribuan pedagang Hewan Qurban berbondong-bondong datang untuk berjualan Hewan Qurban di Cakung. Dan ribuan umat Islam pun datang berbondong-bondong untuk membeli Hewan Qurban.
Lalu bisa dibayangkan juga bagaimana panjangnya antrean ribuan manusia dan ribuan kendaraan penjual dan pembeli Hewan Qurban dari ribuan masjid, musholla, majelis, lembaga, perusahaan dan perumahan serta juga perorangan.
Lalu selanjutnya, ratusan ribu Hewan Qurban yang telah dipotong harus dibawa pembelinya ke ribuan masjid, musholla, majelis, lembaga, perumahan dan perorangan untuk dibungkus per sekian kilo lalu dibagikan kepada masyarakat yang menunggu di wilayah masing-masing.
Hitung saja waktu dan tenaga serta energi yang terbuang untuk antar ambil Hewan Qurban dan antriannya, serta biaya tranportasi yang harus dikeluarkan oleh para panitia Qurban dari ribuan masjid, musholla, majelis, lembaga, perumahan dan perorangan. Belum lagi resiko keterlambatan pendistribusian daging Hewan Qurban tersebut kepada masyarakat.
Padahal, selama ini telah berlangsung ratusan tahun dan telah membudaya berurat berakar di masyrakat Jakarta, bahkan seluruh Indonesia, serta telah terbukti bahwa umat Islam dengan sangat tertib memotong Hewan Qurban di wilayah masing-masing, lalu membungkusnya dan langsung membagi habis kepada masyarakat.
Karenanya, pemotongan ratusan ribu Hewan Qurban di seluruh Jakarta, bahkan Indonesia, yang dimulai setelah usai Shalat Idul Adhha, biasanya saat masuk waktu Shalat Zhuhur telah selesai dan tuntas, baik pemotongan dan pembungkusan mau pun pembagian dagingnya kepada masyarakat.
Jadi, hemat waktu dan hemat tenaga serta hemat biaya. Hal semacam ini tentu tidak akan bisa dimengerti oleh orang “Goblok”.
Dalih Kebersihan
Jika “kebersihan” yang menjadi Dalih, maka Ahok harus bercermin diri, karena tiap malam Tahun Baru dia mengadakan Festival Jakarta di jalan protokol Sudirman – Thamrin, yang menghasilkan jutaan ton sampah, dan ribuan kondom bekas dan botol miras yang berserakan, serta Taman Kota yang rusak.
Sedang masyarakat muslim Jakarta, bahkan Indonesia, selama ratusan tahun sehingga telah membudaya berurat berakar telah membuktikan bahwa umat Islam dengan SANGAT BERSIH memotong Hewan Qurban di wilayah masing-masing, lalu Lokasi pemotongan pun langsung dicuci dan dibersihkan, tanpa meninggalkan bercak darah walau setetes.
Mungkin yang ada di otak Si Kafir Ahok bahwa sampah kondom dan botol miras sangat “bersih”, sedang bekas ibadah Qurbannya umat Islam sangat “kotor”. Dasar “Otak Najis”.
Lucu, Si Kafir Ahok yang mulutnya kotor dan bau busuk, kok sok bicara “kebersihan” … ?!
Sekali lagi, hal semacam ini tentu tidak akan bisa dipahami oleh orang “Goblok
Lain Saudi Lain Jakarta
Si Kafir Ahok berdalih bahwa di Saudi Arabia tidak ada penjualan Hewan Qurban dan pemotongannya di tempat Fasilitas Umum.
Ooii … siapa bilang ?! Di China kali yang tidak ada penjualan Hewan Qurban dan pemotongannya di tempat Fasilitas Umum ?!
Di seluruh kota di Saudi Arabia pada setiap “Umdah” setingkat kelurahan disediakan “Madzbah” yaitu tempat penjualan dan pemotongan Hewan Qurban sekaligus tempat pembagiannya kepada masyarakat yang tidak mampu.
Umumnya yang antri di setiap “Madzbah” pada saat pembagian daging Qurban adalah orang-orang Takruni (orang hitam mantan keturunan budak) yang miskin, dan para pekerja asing dari India, Pakistan, Bangladesh, Rohingya, Philipinan, termasuk TKI dari Indonesia.
Namun demikian, karena Hewan Qurban di Arab Saudi berlimpah, khususnya di Mekkah, karena jutaan jama’ah haji berlomba untuk berqurban, ditambah lagi untuk bayar Dam, maka pemerintah Arab Saudi juga menyediakan fasilitas berqurban lewat pembayaran ke Bank.
Hewan Qurban via Bank langsung dipotong dan dikirim ke Pabrik untuk proses pengalengan, lalu dikirim ke negara-negara Islam yang membutuhkan, seperti ke negara-negara Afrika dan lainnya.
Sedang di Indonesia masih banyak rakyat miskin yang membutuhkan daging Qurban, sehingga tempat pembagian daging Qurban justru harus diperbanyak di setiap kelurahan hingga tingkat RW dan RT.
Nah, kalau Si Kafir Ahok mau tiru Arab Saudi, buka dong tempat penjualan dan pemotongan Hewan Qurban di setiap Kelurahan, bukan se Jakarta digiring ke Cakung.
Lagi pula, kalau mau tiru Arab Saudi, jangan soal Qurban saja, tapi tiru juga dong Hukum Pidananya seperti : Potong Tangan Pencuri, Pancung Kepala Penzina Muhshon, Cambuk Penenggak Miras, dsb.
Nah, Ahok yang saat ini dilaporkan FPI DKI Jakarta terkait dugaan Korupsi hampir Dua Trilyun Rupiah, siap-siap dipotong tangan saja.
Lagi-lagi hal seperti ini sulit dimenegerti dan dipahami oleh orang “Goblok”.
Modus Bisnis
Ada apa Ahok ngotot ingin melawan dan merubah Tradisi Masyrakat Muslim Jakarta dalam berqurban, bahkan sudah jadi Tradisi Muslim Indonesia … ?! Apalagi Tradisi tersebut hanya setahun sekali … ?!
Apakah Si Kafir Ahok ingin unjuk gigi dan kekuatan ?! Apa dia mau jadi jagoan ?!
Atau mungkin Ahok punya rencana bisnis sendiri … ?!
Bisa jadi Si Kafir Ahok ingin memonopoli perdagangan dan pemotongan Hewan Qurban di seluruh wilayah Jakarta, sehingga hanya pengusaha yang ditunjuk Ahok yang beroperasi di Cakung untuk kegiatan penjualan dan pemotongan Hewan Qurban, kalau perlu nanti ada lagi bisnis pengantaran daging hewannya.
Ternyata pada akhirnya UUD, yaitu Ujung Ujungnya Duit. Begitulah Ahok, melihat pelacuran langsung ingin buat apartemen prostitusi, dan lihat perjudian langsung ingin buat Pulau Judi. Lihat apa saja, langsung saja naluri bisnisnya kerja, tidak peduli halal haram, karena memang tidak jelas agamanya.
Ayo …, Lawan Ahok !
Ayo … Teruskan Tradisi Muslim dalam Ibadah Qurban … !
Jual Hewan Qurban di tempat biasa kalian jual … !
Dan potong Hewan Qurban di tempat biasa kalian potong … !
Ayo … umat Islam Jakarta, lawan dan ganyang Ahok … !
Jika Ahok pakai jurus CHINA MABOK, ayo … kita pakai jurus KEMPLANG BABI … !
Allaahu Akbar … !!!
Oleh: Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab
Sumber: Suara Islam