KARANGANYAR, (Panjimas.com) – Peradaban Islam kian hari kian tertinggal, salah satu penyebabnya karena umat Islam banyak yang meninggalkan nilai-nilai Islam itu sendiri. Saat ini umat Islam sudah jauh dari masjid. Masjid hanya dijadikan sebagai ibadah sholat saja.
“Jika masjid digunakan sebagai ibadah sholat saja maka tidak akan bisa menyelesaikan problematika umat apalagi persoalan peradaban.” Ujar Ust Muhammad Jazir saat diminta menjadi pembicara di acara Pelatihan Manajemen Masjid Ideal Untuk Kebangkitan Umat. Yang diselenggarakan di Kampus Akademi Fisioterapi Colomadu Karangnyar. Ahad pagi (30/8).
Dulu semasa rasulullah masjid difungsikan dalam berbagai kegiatan. Namun saat ini hal itu tak berlanjut kelemahan inilah yang akhirnya menjadikan kondisi umat Islam melemah dan akhirnya dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam.
Dalam acara tersebut Ust Muhammad Jazir yang juga menjadi ta’mir Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Sebuah masjid yang menjadi percontohan nasioanal karena manajemen sistemnya. Memberikan pemaparan tentang bagaimana masjid bisa difungsikan semaksimal mungkin seperti di jaman rasulullah.
Pertama, masjid harus difungsikan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan pengembangan ilmu khususnya Al Islam.
Kedua, masjid masjid sebagai pusat peribadatan. Menjalankan sholat, puasa, zakat semua berasal dari masjid.
Ketiga, masjid juga menjadi sumber informasi. Saat ini masjid hanya digunakan untuk memberikan pengumuman jika ada orang yang meninggal.
“Jangan hanya digunakan sebagai pengumuman saat ada orang yang meninggal saja. Namun juga tentang informasi keumatan. Jangan salahkan umat Islam saat ini dalam memilih pemimpin sumber yang dicari dari media masa. Karena masjid tidak mampu memberikan informasi yang baik. Sehingga wajar kualitas pemimpin saat ini seperti itu” ujarnya.
Keempat, masjid sebagai pusat pengumpulan dan distribusi zakat, infaq dan sedekah. Ia mencohtohkan di masjid Jogokariyan membuat sebuah program Lumbung Beras awalnya setiap jamaah yang datang ke masjid setiap subuh diminta membawa beras segenggam. Saat ini dalam sebulan terkumpul 1.5 ton beras karena ternyata banyak juga yang menyumbang lebih banyak. Beras itu lantas diberikan untuk orang miskin disekitar masjid.
Selain mengelola lumbung beras contoh lainnya adalah Masjid Jogokariyan juga berhasil mengelola asuransi kesehatan secara mandiri. Yaitu dengan membawa uang seribu rupiah sebelum sholat lambat laun dana yang terkumpul sangat banyak dan mampu membiayai jamaah masjid yang sakit bahkan yang rawat inap hingga operasi.
Kelima, masjid sebagai tempat mengatur kegiatan masyarakat Islam.
Keenam, masjid sebagai pusat pertolongan umat. Dalam hal ini meliputi segala hal yang menjadi persoalan umat seperti, sosial, kesehatan, ekonomi ataupun pendidikan. Banyaknya umat Islam yang datang ke Yogyakarta untuk berwisata namun bingung mencari penginapan yang baik. Menjadikan masjid Jogokariyan lantas membuat 11 kamar sekelas hotel yang akhirnya bisa memberikan solusi dari persoalan tersebut. Saat ini penginapan tersebut mampu memberikan sumbangsihnya untuk operasional masjid.
Dengan menerapkan bahwa masjid sebagai solusi keumatan maka tentu secara otomatis umat akan peduli dengan keberadaan masjid.
“Kami mengelola masjid Jogokariyan sepenuhnya untuk memberikan solusi kepada umat. Sehingga berbagai hal kami tempuh untuk melayani umat” ujarnya.
Persoalan saat ini yang sering dihadapi adalah banyak kas masjid yang dimiliki namun minim program keuamatan.
“Saya pernah diminta mengisi pelatihan manajemen masjid di Banjarmasin. Kas yang dimiliki dalam satu tahun mencapai 1 Milyar. Namun para pengurus masjidnya bingung untuk apa uang sebayak itu. Inikan ironis ditengah umat Islam terpuruk”
Jika masyarakat terlayani dengan baik maka mereka mudah melangkah ke masjid.