(Panjimas.com) – Indonesia sedang pusing, bagaimana tidak, ekonomi di negeri ini tak kunjung merangkak naik, bahkan menuju tanda-tanda lumpuh. Ya, ekonomi Indonesisia mengalami perlambatan pertumbuhan. Kepala Badan Pusat Statistik , Suryamin, mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama tahun 2015 sebesar 4,7 %, ini berarti melambat dari pertumbuhan ekonomi pada triwulan keempat di tahun 2014 sebesar 5,1 %, (VOA Indonesia online). Bertambah parah di kuartal kedua tahun 2015 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,67 %, bisa ditebak pemerintah negeri ini kebakaran jenggot mencari solusi atas masalah ini, (Liputan 6.com)
Akar Masalah
Sudah menjadi hal lumrah dalam sistem kapitalisme terjadi masalah dalam setiap sendinya, termasuk dalam ekonomi, karena memang sudah keropos sejak dari akarnya, dan bukan hanya di Indonesia, semua negara pengikut kapitalisme pernah merasakan dampaknya, dan hal itu pasti akan terus terulang, tidak terkecuali di pabrik kapitalisme sendiri, Amerika. Perlambatan ekonomi Indonesia diawali dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM disaat harga minyak dunia sedang turun, bahkan berada di level terendah. Efek domino dari kebijakan ini mulai terasa, semua harga-harga naik, harga beras sebagai bahan makanan pokok rakyat melambung tinggi, menyentuh 2x harga beras dunia. Akhirnya daya beli masyarakat melemah, karena keaikan harga tidak diimbangi kenaika gaji, produksi lesu, produsen siap ambil langkah PHK, pertambahan jumlah pengangguran berada di ambang pintu, menurut BPS pada Februari 2015 jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 7,45 juta.Ditambah menguatnya nilai tukar dolar atas rupiah, memperparah kondisi ekonomi negeri ini. Pemerintah pun tidak merubah kebijakan, sibuk mencari sosok yang dianggap bisa mengatasi masalah ini, langkah reshuffle kabinet untuk menteri-menteri perekonomian diambil pemerintah.
Sesungguhnya permasalahan yang mendera Indonesia dan negara-negara lain, baik dalam masalah ekonomi ataupun masalah yang lain adalah dampak dari kebatilan dan dan kerusakan sistem kapitalisme itu sendiri. Beberapa kerusakan dalam sistem ini antara lain:
1. Adanya persepsi bahwa problem ekonomi adalah kelangkaan relatif barang dan jasa (kekayaan), dan bukannya distribusi yang adil terhadap kekayaan itu.
2. Bersandarnya sistem ekonomi kapitalis pada riba.
3. Tidak digunakannya emas dan perak sebagai mata uang, tetapi digunakan uang kertas.
4. Rusaknya bursa efek dan pasar uang yang berlangsung saat ini.
5. Batilnya obligasi (surat utang) dan saham dalam berbagai jenisnya.
6. Tidak adanya pembatasan yang benar terhadap kepemilikan, yaitu hanya pada kepemilikan individu, atau hanya pada kepemilikan negara. Padahal sebenarnya ada tiga macam kepemilikan, yaitu: kepemilikan umum, kepemilikan negara,dan kepemilikan individu.
Dari kerusakan-kerusakan tadi ketika timbul masalah solusi yang diberikan tidak menyentuh pada akar masalah. Ibarat penyakit, yang diobati hanya pada gejala bukan penyebab gejala. Mereka yang melihat pasar modal dan investasi lesu akan memberi solusi mengurangi suku bunga(riba) agar kredit meningkat, yag selanjutnya akan menggerakkan sektor usaha(sektor riil). Mereka yang melihat bahwa saham. Obligasi, dan berbagai surat-surat berharga telah kehilangan sebagian besar nilainya dan melampaui toleransinya berpendapat, bahwa solusinya adalah negara harus melakukan intervensi dan membeli banyak saham,obligasi,dan surat berharga itu. Hasilnya, solusi yang diberikan tak dapat berguna, dan terus saja berulang masalah-maslah itu hadir.
Solusinya Saat ini, dunia hanya membatasi diri pada dua sistem, yaitu sistem kapitalisme yang sedang sempoyongan dan sistem sosialisme yang telah tersungkur. Dunia pura-pura lupa bahwa pernah ada sistem yang berhasil memipin dunia dalam kesejahteraan selama berabad-abad, yaitu sistem Islam, yang memiliki keunggulan dan kemuliaan, yang stabil dalam perekonomiannya. Beberapa keunggulan sistem ekonomi Islam adalah:
1. Dalam sistem Islam negara yang memelihara segala urusan rakyat (dawlah ri”ayah), bukan negara pemungut harta (dawlah jibayah). Pemeliharaan ini mencakup seluruh rakyat, baik muslim maupun non-muslim.
2. Adanya jaminan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok bagi setiap individu rakyat dan pemberian peluang kepadanya untuk memenuhi kebutuhan pelengkapnya. 3. Adanya pengharaman riba, yang sesungguhnya riba adalah pemusnah harta.
4. Adanya satu direktorat (diwan) di baitul mal yang akan mengelola pemberian pinjaman tanpa riba.
5. Tidak di bolehkannya harta yang tidak di miliki untuk beredar;juga tidak di perbolehkan menjual apa yang belum diserahterimakan. Karna it. Haram hukum nya apa yang terjadi di bursa efek dan pasar uang, haram pula melakukan jual-beli dan sirkulasi obligasi dan saham.
6. Tidak dibolehkan adanya spekulasi(tanajusy).
7. Mata uang dalam Islam adala emas dan perak dan uang kertas yang mewakili keduanya. 8. Tambang-tambang dengan segala macam jenisnya seperti minyak, gas, dan sumber daya alam, semuanya adalah milik umum, yang hasilnya akan di bagikan kepada seuruh rakyat dalam bebtuk bendanya atau dalam bentuk pelayanan. Individu dan perusahaan swasta tidak akan dibolehkan memiliki sumber daya alam itu.
9. Negara akan mahemberikan hartanya kepada orang miskin (bukan orang kaya) untuk mencegah beredarnya harta di tangan orang kaya saja.
10. Milik individu akan dijaga, dan individu ataupun negara tidak boleh mengganggu kepemilikan individu ini. Apa yang disebut dengan “nasionalisasi” atas milik individu adalah haram secara syar’i. 11. Para pegawai negeri akan diawasi secara ketat agar tidak memanfaatkan kedudukannya secara ekonomi. Ini dilakukan untuk mencegah korupsi.
12. Kaum muslim yang mempunyai harta yang hendak menginvestasikan dan mengembangkan hartanya itu, janganlah menginfestasikan nya di bursa efek dan pasar uang (meja judi). Investasikanlah ke negeri-negeri Islam, baik di bidang pertanian, atau industri, khususnya industri berat, industri elektronika, dan sebagainya.
Walhasil, selama Indonesia masih mengekor pada sistem kapitalis maka bukan hanya perlambatan pertumbuhan ekonomiyang dialami, tapi hilangnya denyut nadi ekonomi akan menanti.Karena itu sudah saatnya negeri muslim ini kembali kepada kemuliaannya dengan menerapkan ekonomi Islam.
Tentang Penulis : Siami ,SPd lahir di Tulungagung, februari 1984. Alamat: Desa Beji, Kecamatan Boyolangu,Tulungagung.