Menteri Agama Lukman Dinilai Meresahkan karena Memalingkan
Oleh Hartono Ahmad Jaiz
(Da’i dan Penulis Buku-buku Islami)
Jakarta, Rabu 23 Sya’ban 1436H/ 10 Juni 2015
PANJIMAS.COM – Heboh lagi soal yang meresahkan Umat Islam, dan sumbernya dari Menteri Agama Lukman Hakim Saeiuddin. Yaitu lontaran beliau soal “untuk menghormati juga orang yang tidak berpuasa Ramadhan”.
Heboh menjelang Ramadhan ini langsung menyebar, karena semua tahu, baru saja Menteri Agama Lukman menghebohkan dunia Islam,karena perintah Menag dilaksanakan oleh qari (pembaca Al-Qur’an) dengan menyanyikan Al-Qur’an pakai langgam (nyanyian) Jawa di Istana Negara Jakarta Jum’at (27 Rajab 1436H, 15/5 2015); malahan kini muncul lagi lontaran dia yang heboh pula.
Mengenai Baca Al-Qur’an Pakai Langgam Jawa, menghebohkan dunia Islam, karena memang Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam sendiri mengkhawatirkan adanya generasi yang menjadikan Al-Qur’an sebagai nyanyian.
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” أَخَافُ عَلَيْكُمْ سِتًّا: إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ، وَسَفْكُ الدِّمَاءِ، وَبَيْعُ الْحُكْمِ، وَقَطِيعَةُ الرَّحِمِ، وَنَشْوٌ يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ، وَكَثْرَةُ الشُّرَطِ ”
[حكم الألباني]
صحيح انظر حديث رقم: 216 في صحيح الجامع
Dari Auf bin Malik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
Aku khawatir atas kamu sekalian enam: pemerintahan orang-orang yang bodoh, penumpahan darah, jual hukum, memutus (tali) persaudaraan/ kekerabatan, generasi yang menjadikan Al-Qur’an sebagai nyanyian, dan banyaknya polisi (aparat pemerintah, yang berarti banyak kedhaliman). (HR Thabrani, shahih menurut Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ hadits no. 216)
Belum sembuh luka Umat Islam dari kasus Baca Al-Quran dengan Langgam Jawa itu, tahu-tahu menjelang Ramadhan 1436H/ 2015 ini Menteri Agama Lukman kembali melontarkan pendapat yang dinilai meresahkan umat lagi. Yaitu orang yang tidak berpuasa Ramadhan juga harus dihormati. Keruan saja Umat Islam bagai lukanya disiram cuka, maka tak kurang sampai ketua komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulayyang membidangi soal agama menulis: “Kalau orang yang berpuasa dituntut menghormati yang tidak puasa, dikhawatirkan bisa melebar ke ranah lain seperti orang yang shalat diminta menghargai orang yang tidak shalat, orang yang berzakat diminta untuk menghargai yang tidak berzakat dan seterusnya.”
Pihak MUI pun berkata, Memang harus saling menghormati. Cuma siapa yang dihormati? Tentu mayoritas dong. Saat bulan puasa, minoritas tentu harus menghormati mayoritas yang berpuasa. Demikian yang tersebar di media.
Dengan munculnya pendapat baru dari Menag yang dinilai meresahkan itu, di media sosial pun banyak yang bersahut-sahutan dengan mengungkit kembali sederet ulah Menteri Agama Lukman yang melukai Umat Islam.
Ada yang mengungkit upaya Lukman untuk meresmikan Baha’i (sempalan Syiah yang mencampur aduk Yahudi, Nasrani, dan Islam)agar sebagai agama resmi di Indonesia.
Ada yang mengungkit Menag Lukman yang pro aliran sesat Syiah hingga memberi kata pengantar buku syiah yang menentang buku MUI.
Ada yang mengungkit kebangetannya Menteri Agama Lukman yang sampai memberikan kesempatan muktamar aliran sesat syiah di ruangan Kementerian Agama, yang ruangan itu sendiri namanya Ruang Prof Dr HM Rasjidi (penentang utama Syiah).
Rupa-rupa ulah Menteri Agama Lukman itulah yang melatari lebih ramainya pembicaraan mengenai lontaran terakhirnya, agar orang yang tidak berpuasa Ramadhan dihormati juga. Sampai-sampai di media sosial ada yang menulis: agar yang kencing dengan duduk (jongkok) menghormati juga orang yang kencing sambil berlari.
Tampaknya sulit bagi Menteri Agama untuk berkilah dengan berdalih cuitannya telah diplintir. Juga berdalih dengan lafal “juga” yang dicantumkan dalam rangkaian untuk menghormati “juga” yang tidak puasa Ramadhan. Karena sebagus apapun lontaran Menteri Agama Lukman mengenai “untuk menghormati juga orang yang tidak berpuasa Ramadhan” itu sudah langsung mengandung protes kepada Umat Islam yang berpuasa Ramadhan. Itu saja kalau Menteri Agama Lukman sebelumnya tidak ada latar belakang telah dinilai punya ulah ini itu terhadap Umat Islam. Lhah, di saat Umat Islam sedang merasa dilukai, lantas ditambah dengan protes semacam itu, maka apa jadinya.
Di balik itu, sejatinya Umat Islam ini menjalankan apa yang telah diperingatkan oleh Allah Ta’ala:
وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ
Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak mem-fitnah (memalingkan) kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. (QS Al-Maaidah: 49).
Barisan-barisan yang selama ini ingin memalingkan Umat Islam dari Islam yang dipeluk itu jelas-jelas sangat terasa. Kaum Liberal dengan aneka upayanya, bekerjasama dengan kafirin di dalam dan di luar negeri, senantiasa melontarkan aneka macam yang ingin memalingkan Umat Islam ini dari Islamnya. Belum lagi kristenisasi yang mengincar setiap saat terhadap Umat Islam yang kondisi imannya lemah bahkan ekonominya juga diperlemah. Masih pula aneka aliran sesat seperti Syiah, Ahmadiyah, LDII, Inkar Sunnah dan sebagainya, bahkan yang sangat sesat dan sudah masuk penjara dua kali karena menodai Agama seperti Lia Eden pun bebas berbicara mengobarkan aneka kesesatannya lewat sensasinya kirim surat ke Presiden dan sebagainya. Hingga menimbulkan Ghirah Dhalaliyahnya aliran-aliran sesat hingga bertanafus untuk lebih maju lagi dalam memalingkan Umat Islam dari Islamnya. Sehingga mereka lebih bergairah lagi untuk mendorong Menteri Agama mereka yang dilihat kondusif untuk membela mereka dalam apa yang telah diusungnya yaitu RUU PUB (Perlindungan Umat Beragama) yang mereka perkirakan akan menguntungkan mereka (yang sesat-sesat itu).
Sekalipun mereka bekerja sama, saling bergairah, dan sudah ada pucuk pimpinan yang jadi ujung tombak dalam menghadapi Umat Islam, namun ketahuilah, di balik itu ada keteguhan yang bahkan ada jaminan dari Allah Ta’ala. Dan ada contoh yang nyata.
Mari kita simak khutbah seorang ulama berikut ini.
Khutbah Jum’at Syaikh ‘Abdur Rozaq bin Abdil Muhsin Al Abbad Al Badr, tanggal 18 Muharram 1424 H, diterjemahkan oleh Ustadz Aris Munandar dan dimut di muslim.or id, di antaranya menegaskan:
Seorang mukmin yakin bahwa Allah telah memberikan jaminan untuk membela orang-orang yang beriman, menjaga agama ini, memuliakan pemeluknya dan meninggikan agama-Nya.
وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ
Yang artinya, “Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman” (QS ar Ruum:47).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Yang artinya, “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad:7).
Agar mendapatkan pertolongan Allah, kita harus menolong agama-Nya. Kita harus bisa menundukkan jiwa dan nafsu kita sendiri. Kita harus bisa menundukkan dunia dan gemerlapnya. Kita harus beriman dan percaya kepada Allah serta memiliki hubungan yang baik dengan Allah. Kita harus rutin melakukan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Kita harus berhasil mengalahkan jiwa dan nafsu syahwat kita sendiri. Kita harus berhasil mengalahkan godaan dunia dan glamournya dengan secara tulus memberikan perhatian hati kepada Allah, menerapkan aturan-aturan-Nya pada diri kita, rutin mentaati-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Siapa yang beriman dan mentaati Allah maka Allah pasti akan menjaganya, membelanya, meneguhkan dan menjaganya dari segala bentuk keburukan.
Karena demikian percaya dan bertawakkal kepada Allah, seorang mukmin tidak akan terpengaruh dan merasa takut dengan berbagai propaganda. Bahkan seorang mukmin itu jika ditakut-takuti dengan berbagai sesembahan selain Allah, maka dia akan semakin beriman, percaya dan yakin kepada Allah sebagaimana para sahabat.
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ
Yang artinya, “(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia[yaitu orang-orang Quraisy] telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar (QS Ali Imran:173-174).
Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Sahihnya dari Abdullah bin Abbas, “Ucapan hasbunallah wani’mal wakil adalah ucapan Ibrahim, kekasih Allah ketika akan dilemparkan ke dalam api dan ucapan Muhammad ketika ada orang yang berkata kepada beliau, “Sesungguhnya manusia[yaitu orang-orang Quraisy] telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung” (QS Ali Imran:173).
Demikianlah di antara yang dikhutbahkan oleh Syaikh dari Madinah tersebut. Contoh nyata, dari keteguhan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, dan Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa sallam dengan para sahabatnya, dipengaruhi sedahsyat-dahsyatnya untuk berpaling dari Islam, namun justru perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.”
Terimakasih Pak Menteri Agama Lukman yang telah bertungkus lumus dalam “menyemangati” kaum Muslimin sehingga insya Allah menirukan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa sallam dengan para sahabatnya itu. Dan kami Umat Islam insya Allah akan siap sedia, karena telah diingatkan oleh Allah Ta’ala:
وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ
Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak mem-fitnah (memalingkan) kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. (QS Al-Maaidah: 49).
Semoga Allah Ta’ala menguatkan Umat Islam yang semakin hari tampaknya semakin ada saja ujiannya ini. Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin. [AW]