(Panjimas.com) – Pemerintah Indonesia akan membentuk Badan Cyber Nasional untuk melawan propaganda yan dilancarkan Daulah Islam/Islamic State (IS/ISIS). Menurut pemerintah, lembaga itu difungsikan untuk menangkal 9 ribu situs Islam “radikal”.
Menko Polhukam, Tedjo Edhy Purdijatno menyatakan bahwa Daulah Islam (IS) menggunakan berbagai cara untuk menyebarkan propagandanya. Menurut Tedjo, situs-situs Islam yang dianggap radikal itu harus dihapuskan.
Sementara itu, peneliti terorisme dari Rand Corporation (AS), Angel Rabasa saat menjadi pembicara dalam acara “International Conference on Terrorism & ISIS” di JIEXPO Kemayoran Jakarta pada Senin 23 Maret 2015 menyatakan bahwa Daulah Islam (IS) menggunakan media sosial untuk merekrut anggotanya. Menurutnya, hal ini yang membedakan antara Daulah Islam (IS) dan Al Qaeda. Penggunaan media sosial ini ditujukan untuk anak-anak muda.
Menurut Rabasa yang dari berbagai sumber merupakan agen Zionis ini, anak muda dari pondok pesantren (ponpes) yang memiliki keinginan mengubah masyarakat menjadi tujuan utama.
Sedangkan pakar terorisme lainnya, Rohan Gunaratna menyatakan bahwa Indonesia memiliki 18 kelompok radikal. Sebanyak 15 diantaranya diduga telah dibaiat pemimpin Daulah Islam (IS), Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi. Sedangkan tiga lainnya menyatakan mendukung Daulah Islam (IS).
Di Filipina, menurut Gunaratna ada tiga kelompok yang mendukung Daulah Islam (IS) dan di Malaysia ada lima kelompok yang mendukung Daulah Islam (IS). Guru Besar Universitas Nanyang Singapura ini lebih lanjut menyatakan bahwa masalah Daulah Islam (IS) adalah masalah Asia Tenggara. Terutama di Malaysia, Indonesia dan Filipina.
Menurutnya, kelompok-kelompok itu kini perannya masih sekedar rekrutmen dan mengumpulkan dana untuk mendukung Daulah Islam (IS). Tapi perkembangan selanjutnya bisa mengkhawatirkan. “Semua itu mengarah pada keinginan untuk membuat negara,” katanya.
Walhasil, para peneliti Barat ini memang sedang mengkhawatirkan perkembangan Islam Indonesia. Mereka tidak sekalipun mengkhawatirkan perkembangan Kristen atau Katolik Radikal di Indonesia. Baik di Maluku (RMS) maupun Papua (OPM) yang jelas-jelas mengadakan gerakan separatis dan teroris untuk memisahkan diri dari Indonesia.
Entah mengapa Islam yang dianggap radikal di negeri ini selalu diawasi, sedangkan Kristen, Katolik dan Hindu yang juga sangat radikal dibiarkan begitu saja bebas di negeri ini. Apakah ini Konspirasi Barat? Wallahu a’lam.. [Izzadina/sharia]