Muadz, Sang Pilot
Oleh: Al-Jailani
Alih Bahasa: Abana Ghaida
Rilisan: Muassasah Al-Battar, Sariyah Al-Malhamah
PANJIMAS.COM – Dia seorang pemuda sederhana yang tinggal di dusun kecil. Sama seperti kebanyakan pemuda lainnya, dia bermimpi agar Allah menganugerahinya pekerjaan, istri, rumah, dan anak-anak. Bagi mereka, agama adalah persoalan naluriah yang seirama dengan naluri inferioritas dan wawasan yang tak dapat diterima.
Pemuda ini kemudian menikah, lalu dikaruniai anak-anak dan mendapatkan kehidupan mapan. Anak-anaknya pun tumbuh berkembang. Mereka melanjutkan studi ke sejumlah universitas yang mereka inginkan dan disepakati oleh ayah dan ibunda mereka. Di antara mereka adalah Sang Pilot Muadz. Selepas belajar di universitas negeri, dia bergabung dengan tentara nasional, menekuni penerbangan, sehingga tampil sebagai seorang pilot di barisan pasukan thaghut. Andai saja sang ayah memahami hakikat Islam, niscaya dia sama sekali takkan pernah menyetujui jika sang anak kelak bergabung dalam pasukan thaghut. (Baca: Mujahidin Islamic State Berhasil Tembak Jatuh Pesawat Koalisi AS di Raqqah)
Demikianlah Muadz dan orang-orang lainnya, mereka tidak mengeri hakikat Islam. Hal tersebut bisa jadi karena mereka tidak peduli atau memahami konsepsi keliru atau karena para orangtua tidak mengarahkan mereka kepada pendidikan agama yang benar, terutama terkait al-walaa` wa al-baraa (loyalitas dan anti-loyalitas dalam Islam).
Muadz tidak menyadari bahwa dia adalah salah seorang tentara thaghut yang tidak berhukum dengan syariat yang Allah turunkan. Dia tidak menyadari bahwa negaranya bergandengan tangan dan bermesraan dengan orang-orang kafir Amerika, sejak masa Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi.
Dia tidak memahami bahwa berkasih sayang dan berdamai dengan Yahudi telah memurtadkannya dari agama Allah. Dia tidak memahami bahwa mereka yang mendekam di penjara-penjara thaghut adalah orang-orang Islam bertauhid yang diberangus thaghut demi menjaga kepentingan Yahudi dan Amerika. Dia tidak mengetahui bahwa memerangi mujahidin telah berlangsung lama melalui operasi-operasi yang dilancarkan negaranya.
Dia tidak mengetahui bahwa pasukan Syiah Rafidhah Irak berlatih militer di Yordania di bawah pengawasan para thaghut. Dia juga tidak tahu bahwa tentara Peshmerga, oposisi-oposisi Suriah, tentara Irak, dan kabilah-kabilah Ahlussunnah yang berkhianat, saling berbondong-bondong mendatangi Yordania untuk mendapatkan pelatihan militer dan bantuan logistik. Betapa malang Muadz, dia tidak menyadari bahwa John Kerry, Barack Obama, dan kaum Yahudi berdatangan ke negaranya untuk menyampaikan sejumlah instruksi agar kalian loyal kepada mereka.
Wahai ibunda, ayah, saudara Muadz, dan wahai Muadz, andaikata hal-hal tadi dapat diterima, dan demi Allah hal-hal tersebut tidaklah dapat diterima dan tidak akan pernah bisa menjadi sebuah uzur (alasan). Tidakkah kalian tahu bahwa rudal-rudal yang dijatuhkan pesawat tempur Muadz itu menimpa anak-anak tidak berdosa serta membunuh kaum wanita dan kaum laki-laki di Raqqa? Dan bahkan membunuh para mujahid rabbani Daulah Islam dalam gambaran yang sangat gamblang seterang loyalitas Muadz kepada Amerika dan orang-orang kafir Amerika yang menjadi partner-nya di udara serta seterang tindakan Muadz yang memerangi Daulah Islam.
Kini, kalian semua menangis. Kini, kalian semua saling memohon. Kini, kalian semua saling menunjukkan rasa simpati. Andaikata anak-anak kecil yang menjadi korban di Raqqa dapat hidup kembali, wahai keluarga Muadz, maka Muadz pun bisa kembali ke pelukan kalian. Memohonlah kalian agar Allah dapat menghidupkan kembali tulang belulang penduduk Raqqa yang telah rapuh.
Kalian begitu takut dan bersedih akan kematian Muadz. Padahal mestinya kalian tidak mesti takut hanya karena hal tersebut. Cepat atau lambat, Muadz pasti akan mati di tangan Daulah Islam, atau di tangan yang lainnya. Dia akan mati, baik menjadi tawanan ataupun tidak. Yang harus kalian takuti adalah kenyataan bahwa Muadz seorang murtad. Selepas kepalanya terpisah dari raganya, kemurtadannya ini menjadikannya kekal di neraka Jahanam. Takutlah kalian akan hal ini. Persoalan kemurtadannya tidak perlu dijelaskan panjang-lebar oleh seorang ulama atau bahkan pencari ilmu sekalipun. Cukup jelas bagi kalian firman Allah: “Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi auliya (penolong), maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka,” (Al-Maa`idah: 51) Ketimbang kalian kasak-kusuk memohon Daulah Islam agar membebaskan Muadz.
Penulis menyarankan agar kalian simpan suara kalian, karena apabila Daulah Islam telah menetapkan suatu perkara, maka pekara itu akan segera dilaksanakan. Ketimbang berteriak kepada Daulah Islam, sebaiknya kalian menyeru Muadz dan segenap pilot berkebangsaan Yordania agar bertaubat kepada Allah dari kemurtadan kalian. Semoga saja, ketika Muadz memperlihatkan taubatnya yang tulus sebelum dia dibunuh, barangkali Allah menyelamatkannya dari kekalnya nerakan Jahanam. Selama nyawa masih di dalam raga, pintu taubat senantiasa terbuka. Hanya saja, nampaknya sangat sulit untuk bisa tulus dan ikhlas dalam bertaubat. Ini mengingat, Muadz terbiasa bermesraan dengan thaghut dan balatentaranya, sejak dia duduk di bangku kulian universitas.
Hendaknya hal ini menjadi pelajaran bagi semua pilot berkebangsaan Arab yang mengklaim diri sebagai muslim. Ini menjadi pelajaran hebat. Sejatinya keislamanmu tidak sekadar direfleksikan dalam shalat, umrah, dan membaca Al-Quran, yang mana semua ini merupakan ritual-ritual ibadah otentik di dalam agama kita. Tanpa paradigma al-hakimiyah (superioritas hukum) milik Allah dan konsep al-walaa` wa al-baraa`, semua itu menjadi tidak bernilai.
Sama saja apakah Daulah Islam memutuskan untuk menyembelih Muadz dengan segera, atau melakukan deal (kesepakatan) pembebasan sejumlah lebih tawanan muwahhid dari penjara-penjara Yordania. Apapun keputusannya kelak, niscaya semuanya baik dan akan melegakan hati orang-orang bertauhid. Jika yang ditempuh adalah pilihan pertama, maka hal itu berarti kemuliaan harga diri dan penawar jiwa. Pun demikian jika pilihan kedua yang diambil, maka tetap akan mendatangkan kemuliaan dan kegembiraan di hati. Oh amboi, andai saja ada dua orang Muadz, atau tiga orang Muadz, atau bahkan lebih. Niscaya Daulah Islam akan mendapatkan banyak pilihan lagi. Hari demi hari akan menjelang, di dalamnya niscaya membawa banyak kebaikan.
Daulah Islam benar-benar Daulah Islam sejati. Atau bahkan sebuah kekaisaran, sebagaimana diungkapkan Abdul Bari Athwan. Atau bahkan seandainya ia adalah sebuah tanzhim (jamaah), maka enyahlah kalian, wahai musuh-musuh Daulah. Karena sesunggunya kami adalah kelompok yang tidak menyukai debat kusir. Bahkan seandainya ia adalah sebuah tanzhim, maka tidak lantas menjustifikasi keberangkatan kalian untuk memerangi mereka di wilayah mereka. Sungguh celaka, ketika kalian tertangkap oleh mereka, lalu kalian memanjatkan harapan kepada mereka agar bisa mengasihani kalian. Atau agar mereka mau memahami kepala kalian yang di dalamnya tertanam pemikiran-pemikiran menyimpang lagi bodoh.
Wahai ibunda Muadz, apakah Anda mengetahui bahwa anak-anak di Raqqa tidak lagi memiliki ibu? Apakah Anda bisa melihat kesedihan di hati para ibu di Raqqa dan Mosul, serta di segenap wilayah Daulah Islam, akibat serangan udara pasukan koalisi iblis internasional yang mana Muadz ambil bagian di dalamnya?
Wahai para pilot pasukan koalisi, terutama kalian yang berkebangsaan Arab, ditawannya Muadz bukanlah akhir segalanya. Ambillah pelajaran dan bertaubatlah dari perbuatan kalian, sebelum ibunda kalian berada di posisi semisal ibunda Muadz. Mata dibalas mata, gigi dibalas gigi, yaitu orang yang memulai melakukan kezaliman.
Kami berada di atas kebenaran, sedangkan kalian berad di atas kebatilan. Korban jiwa dari pihak kami berada di surga, dan korban dari pihak kalian berada di neraka. Segala persoalan ada di tangan Allah Ta’ala, dan keputusan tentang nasib Muadz berada di tangan Daulah Islam; apakah disembelih ataukah ditebus dengan tawanan lain. Di hari-hari selanjutnya, mari bersama-sama kita nantikan dengan segenap harapan.
Ya Allah, jika ada pihak yang hendak menimpakan keburukan kepada Daulah Islam, maka kalahkanlah dia dengan kekuasaan-Mu yang Mahakuat dan Mahakuasa. Ya Allah, jika ada pihak yang ingin menimpakan keburukan kepada Islam dan para penganutnya, maka lenyapkanlah niatan tersebut dari dirinya. Aamiin, Ya Rabb. [AW]
Naskah dan teks asli: https://justpaste.it/ilgf