Bali: Dulu dan Sekarang
Oleh Habib Rizieq Syihab
PANJIMAS.COM – Bali Tempo Dulu adalah Bali yang santun dan toleran. Bali yang masih menjaga nilai-nilai Budaya Ketimuran. Bali yang selalu setia kepada NKRI dan Kebhinnekaan. Dulu di Bali tidak pernah terdengar Larangan Jilbab atau Larangan Berpeci atau Larangan Pembangunan Masjid / Musholla atau Larangan Pemakaman Muslim atau Larangan Qurban Sapi atau Larangan Bank Syariah atau Larangan Hotel Syariah. Hal demikian terwujud di Bali karena hubungan Bali dengan Islam sudah berlangsung sangat lama, dan selama ini memang sangat harmonis.
Merujuk kepada Sejarah Islam di Bali bahwasanya Raja Hayam Wuruk pernah mengirim serombongan pengawal ke Kekerajaan Bali untuk mengiringi Raja Gelgel I, Dalem Ketut Ngelesir (1380-1460 M), yang melakukan perjalanan pulang usai menghadiri pertemuan Raja-Raja Nusantara di Kerajaan Majapahit yang berpusat di Mojokerto. Di antara para pengiring tersebut adalah Raden Modin dan Kyai Abdul Jalil yang kemudian menetap di Bali, yang selanjutnya mereka membangun Masjid Gelgel yang merupakan masjid tertua di Bali.
Sejak saat itu, Islam mulai berkembamg di Bali, hingga lahir perkampungan komunitas Asli Bali yang beragama Islam, antara lain : Kepoan dan Serangan di Denpasar, Budakeling di Karangasem, Pegayaman di Buleleng, dan Loloan di Jembrana.
Kini, berdasarkan Sensus Penduduk Bali 2010, dari 3.890.757 penduduk Bali ada 520.244 jiwa yang beragama Islam, artinya ada 13,37 % penduduk Bali yang beragama Islam, sehingga Islam menjadi agama kedua terbesar di Bali setelah Hindu. Konsentrasi terbesar umar Islam Bali terpusat di Kota Denpasar, lebih dari 200 ribu warga muslim bermukim disana, sehingga mencapai 30 % penduduk Denpasar.
Itulah sebabnya, sejak dulu sudah banyak masjid berdiri di perkampungan-perkampungan Islam di Bali tanpa hambatan. Hingga kini pun masjid-masjid tersebut masih tegak berdiri. Umat Islam Bali pun selama itu bisa dengan bebas menjalankan ibadah dan syariatnya tanpa gangguan apa pun dari umat Hindu di Bali. Saat itu kelompok-kelompok Ekstrim Hindu yang Rasis dan Fasis tidak mendapat tempat di tengah kehidupan masyarakat Hindu Bali.
Namun seiring dengan Reformasi, maka kelompok-kelompok Hindu Ekstrim yang Rasis dan Fasis serta Intoleran semakin menemukan peluang untuk memprovokasi Masyarakat dan Tokoh Agama serta Pemda Bali untuk mengintimidasi umat beragama, khususnya Islam. Terjadinya peristiwa BOM BALI, semakin mengokohkan Eksistensi Kelompok Ekstrim Hindu di Bali, sehingga pengaruh provokasi mereka semakin meluas dan menguat se-antero Bali.
Sejak saat itu, Bali mulai rontok budaya santun dan ketimurannya, dan mulai pudar juga kesetiaannya kepada NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Akibatnya, di Bali sudah berulang kali terjadi tindak Diskriminasi dan Intimidasi terhadap umat Islam.
Inilah Bali sekarang :
1. Bali Tolak Jilbab :
https://mp3.kedirijaya.com/mp3vid/n_XZ7ioGcco
2. Bali Tolak Masjid / Musholla :
https://m.kaskus.co.id/post/5419af8adc06bd4f758b456e
3. Bali Tolak Pemakaman Islam di Denpasar walau muslimnya 30 %
https://www.nahimunkar.com/non-muslim-menghalangi-pembangunan-masjid/
4. Bali Tolak Kerudung dan Peci :
https://m.merdeka.com/peristiwa/dpd-asal-bali-larang-petugas-tol-berkerudung-dan-peci.html
5. Bali Tolak Qurban Sapi:
6. Bali Tolak Bank Syariah :
https://www.islamedia.co/2014/08/tokoh-bali-ini-tolak-bank-syariah-masuk.html?m=1
7. Bali Tolak Hotel Syariah :
8. Siapakah Provokator Ekstrimis Hindu Bali ?
Dalam Tautan yang sama pada nomor 7 dipaparkan siapa sebenarnya Aktor Intelektual Ekstrimis Hindu Bali.
9. Bali Tolak UU Pornografi :
Tatkala umat Islam Indonesia bersatu memperjuangkan RUU Pornografi, justru Bali bersatu dengan Kaum Liberal menolak RUU tersebut.
10. Bali Kantor Pusat Majalah Porno Playboy :
Tatkala umat Islam Indonesia bersatu menolak Majalah Porno “Palyboy”, Bali justru menjadi Kantor Pusat majalah tersebut.
11. Bali Tuan Rumah Miss Word : Tatkala semua propinsi di Indonesia menolak ajang Kontes Ratu Ma’siat Dunia “Miss Word”, Bali justru bangga menjadi Tuan Rumah bagi pelaksanaan ajang ma’siat tersebut.
12. Itulah sebabnya, Bali yang dulu terkenal dengan sebutan Pulau Dewata karena kekentalan religius umat Hindunya, dan disebut Pulau Wisata karena menjadi tujuan utama wisata yang sangat diminati oleh para wisatawan dalam mau pun luar negeri. Namun kini, Bali disindir dengan sebutan “Pulau Dedemit” karena banyak ma’siatnya, dan disebut “Pulau Durhaka” karena banyak dosa dan angkara murka yang merajalela disana.
Namun demikian, saya tetap yakin bahwa suatu saat di kemudian hari nanti, Bali akan kembali harmonis dengan Islam, manakala Kelompok Ekstrim Hindu yang Rasis dan Fasis serta Intoleran terkucil dan tersingkir dari Bali. Bahkan saya optimis bahwa Bali akan menjadi Ladang Da’wah Islam yang luar biasa, dimana masyarakat Bali di masa depan akan berbondong-bondong masuk ke dalam pelukan Islam. Insya Allah.