BREBES, (Panjimas.com) – Perhatikan baik-baik foto balita ini. Bayangkan bila ujian ini menimpa diri kita. Sudah dua tahun lebih balita Nuraini merasakan sakit, nyeri, cekot-cekot diserang kanker ganas di matanya. Ayo bantu!!
Orang dewasa manapun belum tentu sanggup menahan nyeri yang hebat selama dua tahun di bagian mata dan kepala. Tapi Nuraini, balita berusia 3 tahun ini bisa tegar dan sabar menghadapi ujian Allah Ta’ala.
Bocah cilik kelahiran Wanasari Brebes Jawa Tengah pada Desember 2011 ini menderita kanker ganas di bagian mata (Retinoblastoma). Mata sebelah kanan tumbuh daging sebesar kepalan tangan orang dewasa. Sedangkan mata sebelah kiri sudah diangkat bersamaan dengan pengangkatan kanker sebelumnya. Sampai saat ini, Nuraini sudah dioperasi dua kali untuk mengangkat daging tumbuh yang menggerogoti kedua bola matanya.
Saat dibesuk Relawan IDC, Nuraini sedang persiapan menjalani kemoterapi yang ke-11 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Karena kanker yang diderita Nuraini terlalu besar, maka tidak memungkinkan untuk dilakukan pengangkatan segera. Ia harus dikemo terlebih dahulu.
Allahu Akbar!!! Tak bisa dibayangkan betapa hebat nyeri dan sakit yang dirasakan saat menjalani belasan kemoterapi. Terlebih jika harus dialami oleh balita berusia 3 tahun selama dua tahun lebih.
…Tak bisa dibayangkan betapa hebat sakit yang dirasakan saat menjalani belasan kemoterapi. Terlebih jika dialami oleh balita berusia 3 tahun selama dua tahun lebih…
“Sekarang dokter ngga berani ngangkat, matanya juga sudah ngga ada (buta, red.), makanya ini dikemo terus, sudah yang ke-11 kali,” ungkap Malinda (23) ibunda Nuraini, kepada relawan IDC, Senin (20/10/2014)
Selama dua tahun menderita kanker ganas, Nuraini masih ceria bercanda dengan ibu dan neneknya. Tapi ketika kumat Nuraini merintih, menangis hingga berguling-gulingan di tempat tidur menahan dahsyatnya rasa nyeri kanker mata yang dideritanya.
Suciati (55), sang nenek, mengaku sangat tidak tega menyasikan jeritan dan rintihan kesakitan cucunya di atas bangsal perawatan saat dikemoterapi.
“Mamah… mamah sakit mah, kasih obat dong mah, aku nggak mau mati Mah,” ujarnya menirukan cucunya dalam logat ngapak Brebes, dengan mata berkaca-kaca.
SEMUA BERUBAH SEJAK DIHINGGAPI TUMOR GANAS
Sebetulnya Nuraini dilahirkan dalam keadaan normal. Sampai berusia satu tahun ia tumbuh normal, cantik, sehat, lucu, ceria, dan ceriwis yang menggemaskan. Di kampungnya, ia dikenal sebagai balita yang ceriwis dan senang bermain bersama teman-teman sebayanya.
Namun semuanya berubah total setelah berusia sekitar satu tahun. Kanker mata Nuraini tumbuh begitu cepat, hingga saat ini benjolan kanker di mata sebelah kanan bagitu besar.
Untuk pengobatan Nuraini, berbagai upaya ditempuh orang tuanya, mulai dari menjual barang berharga, menggadaikan sawah, meminta bantuan kepada sanak famili, dan sebagainya.
“Kenanya sejak umur satu tahun, pertama kena kanker sebelah kanan terus dioperasi. Lalu nular ke sebelah kiri, juga sudah diangkat. Eh, sekarang yang kanan kena lagi, malah tambah besar,” ujar Malinda sembari menunjukkan ponsel berisi foto Nuraini sebelum menderita kanker.
Selama Nuraini menjalani pengobatan rumah sakit, Suciati (nenek) dan Malinda (ibu) harus bergantian menjaga Nuraini. Untuk menghemat biaya transportasi Brebes-Jakarta, mereka kost di rumah petak di Jakarta. Sementara sang ayah, Budi Wiharso (33) harus banting tulang mencari nafkah di kampung untuk biaya hidup sehari-hari di Jakarta serta biaya pengobatan putri tercintanya.
…Tiap kakeknya ke sini Nuraini selalu bilang, “Mbah jangan lupa shalat ya, doain Aini biar cepat sembuh”…
“Bapaknya kerja bangunan, paling nengok ke sini ngga tentu, kadang seminggu sekali,” tutur Suciati.
Meski ujian penyakitnya begitu dahsyat, ternyata Nuraini masih memiliki semangat kuat untuk sembuh. Setiap kali dijenguk oleh kakeknya, bocah yang kedua matanya kini tak lagi bisa melihat itu selalu minta didoakan agar lekas sembuh. Bocah polos ini ingin menjadi guru ngaji yang berguna untuk Islam.
“Cita-citanya kalau sudah sembuh katanya mau jadi guru, mau ngaji yang pinter. Tiap kakeknya ke sini dia selalu bilang, ‘Mbah jangan lupa shalat ya, doain Aini biar cepat sembuh,” ujar sang nenek menirukan cucunya.
PONTANG-PANTING MENGAIS KEPEDULIAN
Selama ini, lanjut Suciati, ia pernah pontang-panting meminta bantuan untuk pengobatan cucunya, termasuk kepada instansi pemerintah terkait, namun hasilnya nihil.
“Kenapa ya, anak sudah sakit begini, nggak ada yang mau bantu,” ungkapnya seraya menitikkan air mata dan sesekali mengusap kepala sang cucu.
Selama di RSCM, seluruh biaya rawat inap dan pengobatan Nuraini ditanggung oleh program BPJS. Namun untuk obat-obatan yang tidak tersedia di RSCM harus ditebus dari koceknya orang tuanya sendiri.
Selain ibu, biaya yang terasa berat adalah beban hidup ibu dan nenek Nuraini selama pengobatan di Jakarta. Untuk biaya makan, kost dan transport mondar-mandir selama di Jakarta, mereka menghabiskan biaya sekira 5 juta rupiah perbulan.
…Selama ini keluarga pontang-panting meminta bantuan untuk pengobatan cucunya, termasuk kepada instansi pemerintah terkait, namun hasilnya nihil…
DONASI PEDULI KASIH SESAMA MUSLIM
Musibah yang dialami balita Nuraini adalah penderitaan kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
Dengan membantu saudara kita yang tertimpa musibah, insya Allah akan mendatangkan keberkahan, kemudahan dan pertolongan Allah di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat…” (HR Muslim).
Bagi kaum Muslimin yang terpanggil untuk membantu meringankan biaya pengobatan ananda Nuraini bisa mengirimkan donasi ke program Dana Infaq Darurat (DINAR) IDC:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293.985.605 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syariah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.728.9 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a/n: Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank BCA, no.rek: 631.0230.497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC)
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,- 53.000,- dan seterusnya.
- Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
- Bila biaya pengobatan Nuraini tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
- Info: 08567.700020 – 08999.704050
- PIN BB: 2AF8061E.