JAKARTA (Panjimas.com) – Tentang Perbedaan Penentuan ‘Ied Adha dan Puasa ‘Arafah
Pemerintah Arab Saudi sudah menetapkan, bahwa hari ini Kamis 25 September 2014 sudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah, artinya 10 Dzulhijjah 1435 H bertepatan dengan Hari Sabtu, 04 Oktober 2014. Artinya Ied ‘Adha 1435 (10 Dzulhijjah) bertepatan Hari Sabtu 04 Oktober 2014 dan hari wuquf di ‘Arafah atau hari ‘Arafah (9 Dzulhijjah) bertepatan dengan hari Jum’at 03 Oktober 2014.
Mengenai penetapan Ied ‘Adha ini, berbeda dengan Penentuan Awal Ramadhan yang memang penetapannya berbeda-beda tergantung madzhab yang digunakan. Dalil Penentuan Awal Dzulhijjah ini berbeda karena kewenangan menentukannya khusus diberikan pada penguasa Makkah yang mengurusi Haji.
Nabi bersabda, ”Haji itu ‘Arafah” (HR Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah). Dan ‘Arafah itu berlokasi di Makkah, karenanya hari ‘Arafah adalah hari dimana kita melihat jama’ah haji berwuquf, maka di hari itulah disunnahkan berpuasa ‘Arafah. Karena wuquf yang berhaji itu hanya di ‘Arafah, maka puasa ‘Arafah itu terkait tempat dan waktu, yaitu saat wuquf, bukan selainnya.
Adapun sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah ini (25/09/14 – 04/10/14), maka beramal baik di dalamnya sangat disunnahkan.
Nabi saw bersabda, ”Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini (yaitu sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah). Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?”. Beliau menjawab “Tidak juga jihad fie sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun”. (HR Bukhari)
Tentang puasa ‘Arafah, banyak pula dalil yang menyatakan keutamannya, yaitu berpuasa saat jama’ah haji wuquf di padang ‘Arafah. Saat Rasulullah ditanya tentang puasa ‘Arafah, beliau menjawab, ”ia menghapus dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang” (HR Muslim).
Doa-doa juga sangat maqbul di hari ‘Arafah. Nabi bersabda, ”Sebaik-baik doa adalah doa hari ‘Arafah..” (HR Tirmidzi). ‘Arafah juga hari dimana Allah memberikan ampunan yang meluas bagi hamba-hamba-Nya. Nabi saw menyampaikan, “Tiada hari yang Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari neraka melebihi hari ‘Arafah” (HR Muslim).
Bagaimana bila penetapan hari ‘Arafah dan hari ‘Ied berbeda antara ketetapan pemeintah Indonesia dan pemerintah Arab Saudi yang menyelenggarakan haji? Jawabannya sebagaimana yang sudah saya sampaikan diatas, karena haji itu di ‘Arafah, maka mestilah mengikuti ketetapan pemerintah Arab sebagai penyelenggara haji. Mengapa?
- Bila rakyat Indonesia semuanya mesti mengikuti ketetapan pemerintah Indonesia, lalu bagaimana dengan jama’ah haji Indonesia di Arab Saudi? apakah mereka wuquf dan ‘Ied mereka mengikuti keputusan pemerintah RI lalu berbeda dengan jama’ah haji di Makkah? tentu tidak sah.
- Berpuasa pada dua hari raya (‘Ied Fitri dan ‘Ied Adha) adalah haram, maka saat jama’ah haji sudah shalat ‘Ied (sudah 10 Dzulhijjah), sementara kita di Indonesia masih berpuasa ‘Arafah (masih 9 Dzulhijjah), bukankah ini aneh? Padahal secara zona waktu, kita lebih dulu 4 jam daripada Arab Saudi. Lagipula, namanya juga puasa ‘Arafah, artinya puasa saat jama’ah haji berwuquf di ‘Arafah, bila jama’ah haji sudah shalat ‘Ied, lantas puasa kita bukan lagi puasa ‘Arafah, namun puasa ‘Ied.
Jadi, penetapan awal Dzulhijjah yang mengikuti keputusan pemerintah Arab Saudi bukan perkara apapun, selain perkara dalil. Karena hak penentuan itu sudah terlisan oleh Rasulullah, “Haji itu ‘Arafah”.
Namun, adapun bila ada perbedaan dalam menyikapi perihal ini, misal “Mestikah Puasa ‘Arafah Ikut Hari Wukuf di ‘Arafah? Bolehkah Berbeda Dengan Pemerintah Arab Saudi Selaku Penyelenggara Hajji Dalam Menetapkan Hari ‘Arafah”?
Tentu kita kembali dalam penyikapan terhadap hukum ikhtilaf (perbedaan pendapat). Bila ada dalilnya (hujjah/argumen), maka disilahkan. Bila sudah berhujjah, tak lagi perlu berhujat.
Yang harus benar-benar disadari dan dipahami, bahwa perbedaan ini dimungkinkan terjadi justru karena tidak adanya halangan politis, tidak adanya persatuan dan kesatuan di negeri-negeri Muslim, bukan disebabkan oleh perkara-perkara yang bersifat teknis. Karena banyaknya negeri-negeri Muslim, maka semua berdalil mengikuti ulil amri (pemerintah) masing-masing.
Hal ini tidak akan terjadi bila kaum Muslim berada dalam kepemimpinan Islam yang satu, di bawah kepemimpinan Khilafah Islam. Bila hanya satu Khalifahnya, tentu tidak ada perbedaan lagi diantara kaum Muslim dalam menetapkan apapun, termasuk penetapan Awal Ramadhan dan Awal Dzulhijjah.
InsyaAllah, dalam waktu dekat Khilafah Islam yang berjalan diatas manhaj kenabian akan bangkit kembali, dan mengatur seluruh kaum Muslim berdasarkan Kitabullah dan Sunnah, menyatukan perbedaan dan merekatkan ukhuwah diantara kaum Muslim.
Selamat menambah ibadah di 10 hari Dzulhijjah ini | juga siapkan untuk berpuasa di hari ‘Arafah 9 Dzulhijjah, saat jama’ah haji wuquf. Akhukum felixsiauw. [Diambil dari akun Facebook (FB) pribadi Ustadz Felix Siauw, @UstadzFelixSiauw pada Kamis (25/9/2014) siang]