(Panjimas.com) – Di zaman modern ini orang bisa menjual apa saja bisa laku, asal model kemasan dan iklan yang menarik, terlepas dari kwalitas barang yang dijual baik atau tidak, yang penting pandai-pandai mebranding dan membuat kemasan yang menarik.
Begitu juga dengan berbagai macam ideologi dunia menawarkan kembali kepada penduduk bumi dengan bungkus dan kemasan yang berbeda, walaupun isinya tetap sama eta eta keneh (itu itu aja –red). Persaingan penawaran itu semakin tampak jelas manakala kita berada dikehidupan kampus, berbagai model pemikiran ideologi menawarakan produknya kepada Mahasiswa sepertinya menjual barang di lapak-lapak. Dari mulai yang paling ekstrem kanan, sampai ekstrem kiri, atau ekstrem tengah, semua sibuk menjajakan dagangannya di kampus.
Begitu juga dengan idoelogi kiri dengan berbagai macam cabang dan mazhabnya, tidak mau kala, terus bangkit dengan kemasan baru dan baju yang baru pula. Jika kita mamahami jejak rekam sejarah komunis, maka akan sangat mudah menangkap essensi ajarannya.
Sehingga dengan mudah pula kita mengetahui ciri-ciri komunis saat ini. Walaupun hari ini dengan baju yang cover yang berbeda tidak terang-terangan, tetapi akan sangat jelas bagi yang memahami essensi ajaran komunis tersebut, berikut ini ciri cirinya :
Membenci Agama
Hari ini kita menyaksikan semakin berani dan terang-terangan orang yang menghujat agama. Biasanya agama selalu dibenturkan dengan Hak Asasi Manusia (HAM), Kemajemukan Masyarakat, Perkembangan Zaman, Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Masalah Gender, Kebebasan Berekspresi. Padahal jika kita lihat sejarahnya bagaimana aksi-aksi komunis dalam pelanggarannya terhadap Hak Asasi Manusia sangat luar biasa.
Ternyata ada sebagian yang marah dituduh komunis, dan mengaku sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, tetapi kebencian terhadap agamanya lebih sadis dari orang komunis, biasa orang begini mengaku liberal. Karena Agama dianggap membatasi semua keinginan Nafsu Liar dan Nafsu Jalangnya. Jadi persamaan penganut komunis dan liberal sama-sama sangat membenci agama.
Sedemikian bencinya kepada agama, akhirnya tidak ketahanan juga untuk berekspresi, sampai berani menulis kalimat besar dispanduk : “Tuhan Membusuk”. Sepertinya ingin mengikuti jejak langkah para pendahulunya Friedrich Nietzsche yang mengatakan ; “Tuhan Sudah Mati“. [GA/Abdullah Muadz]