BEKASI, Infaq Dakwah Center (IDC) – Malang benar nasib Ummu Fatimah (45 tahun). Ibarat jatuh tertimpa tangga, dimarahi tetangga dan digigit anjing pula. Sejak suaminya kehilangan pekerjaan, nasibnya terlunta-lunta. Aqidahnya diincar pihak gereja untuk dikristenkan.
Sudah berbulan-bulan wanita urang Sunda ini seringkali ditinggal pergi sang suami, tanpa kejelasan. Tanpa mendapat nafkah sepeser pun dari sang suami, ia harus merawat kedua anaknya, Muhammad Abdurrahman (2 th) dan balita Siti Fatimah. Bayi berusia dua bulan ini memprihatinkan, mengalami cacat di bagian kaki (Club Foot). Telapak kaki Fatimah menekuk ke arah dalam, sampai-sampai mata kaki bagian luar dan sisi atas telapak kaki yang menapak di tanah.
“Saya nggak tahu suami saya ke mana, soalnya suami saya ninggalin saya. Ini sudah yang ketiga kalinya. Bulan Mei lalu, suami saya sudah tidak kerja karena perusahaannya sudah bubar. Itu pun suami tidak memberitahu ke keluarga,” tuturnya kepada relawan IDC, Kamis (17/7/2014).
Akibat sikap suami yang tidak bertanggungjawab itu, Ummu Fatimah hidup serba kekurangan. Karena tidak ada lagi yang menopang kebutuhan hidupnya, ia dan kedua anaknya pun tinggal di tengah keluarga sang suami yang notabene murtadin beragama Kristen.
“Semua keluarga suami saya sih Muslim. Kedua orang tuanya dan lima saudaranya awalnya juga Muslim tapi semuanya murtad masuk Kristen, kecuali suami saya. Nah, setiap kita punya masalah atau kalau lagi terpuruk, keluarganya selalu bujuk untuk ikut mereka, murtad masuk Kristen,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
…Tragis, Ummu Fatimah ditampung di kompleks gereja. Berulang kali ia dibujuk-rayu untuk pindah agama. Setiap hari batinnya resah…
Tragisnya, Ummu Fatimah ditampung di rumah keluarga murtadin di kompleks gereja di Bekasi. Di sinilah keimanannya menjadi tertekan dan ibadahnya jadi buntu, sebuah kesulitan yang paling berat dalam hidupnya. Sulit lahir-batin plus sulit aqidah!
“Selama ini saya tinggal di Gereja di daerah Duren Jaya Bekasi. Jadi itu rumah hunian yang menyatu dengan gereja. Bangunan dua lantai itu, bawahnya gereja atasnya rumah tinggal,” ungkapnya.
Selama tinggal di kompleks gereja, berulang kali Ummu Fatimah dibujuk-rayu untuk pindah agama. Namun hatinya selalu menolak, ia tak bisa mencampakkan Islam yang sudah diyakini kebenarannya sejak kecil. Setiap hari, batinnya resah gelisah.
“Kamu nggak bakalan susah kalau ikut kita. Hidup kamu terjamin nggak seperti sekarang,” ujarnya menirukan rayuan para murtadin.
Tak mau imannya tergadai, akhirnya Ummu Fatimah nekat meninggalkan rumah keluarga sang suami yang murtad. Namun, ternyata bukan pilihan yang mudah untuk terlepas dari jeratan Kristenisasi. Ia sempat dipaksa untuk kembali, termasuk sang anak pun hendak direbut dan diadopsi oleh keluarga murtadin tersebut.
“Saya sempat tari-tarikan anak, karena dipaksa untuk balik lagi. Anak saya itu mau diasuh mereka dua-duanya. Dulu sempat diajak sekolah Minggu di gereja,” kenangnya.
Alhamdulillah, seberkas sinar masa depannya mulai kelihatan. Allah mempertemukannya dengan seorang ustadzah yang memiliki kepedulian. Setelah dievakuasi, ia pun diperkenalkan dengan Relawan IDC. Saat ini, untuk sementara Ummu Fatimah dikontrakkan bulanan di sebuah rumah yang aman dengan biaya hidup yang terjamin.
Ummu Fatimah bisa menikmati hidup aman dan tenteram tanpa intimidasi iman. Ia pun bisa beribadah dengan khyusu’ dan nyaman. Namun tantangan hidupnya belum berakhir, karena ia harus merawat, membesarkan dan mendidik kedua anaknya hingga dewasa. Untuk memenuhi kebutuhan hidup selama puluhan tahun ke depan, tidak mungkin ia bergantung kepada donatur IDC. Ia juga butuh dana darurat untuk kaki putri kecilnya agar kelak tidak cacat.
Harapannya saat ini untuk hidup mandiri adalah bantuan sekitar Rp 10.000.000 untuk modal usaha dan kontrak rumah setahun. Satu-satunya keterampilan yang dimilikinya adalah membuat aneka kue.
INFAQ PRODUKTIF PEDULI UMAT
Mari ulurkan kepedulian untuk membantu Ummu Fatimah. Dengan membantu meringankan kesulitan saudara sesama mukmin, insya Allah akan mendatangkan barakah, pertolongan dan kemudahan di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat…” (HR Muslim).
Donasi bisa disampaikan melalui program INFAQ PRODUKTIF IDC ke nomor rekening:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293.985.605 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syariah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.728.9 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BCA, no.rek: 631.0230.497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC).
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 5.000 (lima ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.005.000,- Rp 505.000,- Rp 205.000,- Rp 105.000,- Rp 55.000,- dan seterusnya.
- Apabila modal usaha sudah tercukupi atau Ummu Fatimah sudah bisa hidup mandiri, maka donasi akan dialihkan untuk program IDC lainnya.
- Info: 08999.704050, 08567.700020.