(IDC -News.com) – Sejarah Islam telah mencatat berbagai kemenangan gemilang yang dicapai oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berperang menghadapi musuh-musuh mereka, karena Rasulullah dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum adalah orang-orang yang paling kuat dalam menegakkan agama Allah Ta’ala.. Pada diri merekalah terwujud dengan sesungguhnya makna firman Allah Ta’ala,
{وَلَيَنصُرَنَّ الله مَن يَنصُرُهُ إِنَّ الله لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ}
“Seseungguhnya Allah pasti akan menolong orang yang menolong-Nya, sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (QS Al Hajj:40).
Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqiiti berkata, “Dalam ayat yang mulia ini Allah Ta’ala menjelaskan bahwa Dia bersumpah akan sungguh-sungguh menolong orang yang menolong-Nya, dan sudah diketahui bahwa (makna) “menolong Allah” tidak lain adalah dengan mengikuti syariat-Nya, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya…”
Dan inilah sebab utama yang menjadikan gentar dan takutnya musuh-musuh Islam menghadapi Rasulullah dan para sahabatnya, sebagaimana yang Allah Ta’ala nyatakan dalam firman-Nya,
{سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَاناً وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ}
“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut/gentar (menghadapi orang-orang beriman), disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim” (QS Ali ‘Imraan:151).
Imam Ibnu Katsir berkata, “(Dalam ayat ini) Allah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman bahwa Dia akan memasukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut/gentar dan rendah di hadapan orang-orang yang beriman, disebabkan perbuatan kafir dan syirik mereka, ditambah dengan azab dan sikasaan (pedih) yang Allah sediakan bagi mereka di akhirat (nanti)”
Kemudian Ibnu Katsir membawakan sebuah hadits shahih dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah memberikan kepadaku lima perkara yang tidak diberikan-Nya kepada seorang nabipun sebelumku: aku ditolong (oleh Allah dalam menghadapi musuh-musuhku) dengan rasa gentar (yang Allah masukkan ke dalam hati mereka) sebelum berhadapan denganku (sejauh jarak) sebulan perjalanan…”
Tentu saja kehebatan ini tidak hanya isapan jempol dan hanya didengungkan oleh kaum muslimin saja bahkan orang-orang kafir pun memberikan komentar dan mengakui betapa hebatnya pasukan islam.
Ketika Heraklius (Kaisar Romawi) akan berangkat ke Konstantinopel,tiba-tiba ia disusul seorang laki-laki Romawi yang pernah ditawan pasukan Islam.
“Ceritakan kepadaku tentang orang-orang Islam!” pinta Heraklius.
“Aku akan menceritakan mereka untuk Anda seolah-olah Anda melihatnya sendiri,” jawab lelaki itu.
“Mereka adalah prajurit berkuda di siang hari dan rahib dimalam hari.
Mereka tidak makan dari orang-orang kafir dzimmi kecuali dengan harga (membelinya).
Mereka tidak masuk rumah kecuali dengan salam. Mereka akan melawan orang yang menyerang mereka hingga mereka berhasil mengalahkannya!”
“Jika kamu berkata benar kepadaku, ” ujar Heraklius, “maka mereka benar-benar akan menguasai yang diinjak oleh kedua kakiku ini!”
(Kisah ini disebutkan Syaikh Muhammad Yususf al Kandahlawi dalam Hayah ash-Shahabah, III / 697-698 yang dia nukil dari Ibnu Jarir ath-Thabari dalam tarikhnya)
Tidak hanya itu,
Yazdajir (Raja Persia) mengirim surat kepada Raja China untuk meminta bantuan .Raja China itu berkata kepada utusan Yazdajir,
“Aku tahu bahwa Raja harus menolong Raja lainnya untuk melawan orang-orang yang mengalahkannya.
Ceritakanlah kepadaku ciri-ciri orang-orang yang telah mengusir kalin dari negeri kalian. Aku telah mendengar kalian mengatakan bahwa jumlah mereka sedikit sedangkan jumlah kalian banyak.
Dan orang-orang yang sedikit itu tentu tidak akan mampu mengalahkan kalian yang banyak kecuali karena kebaikan yang mereka miliki dan keburukan yang kalian punyai. Utusan itu mengatakan, “Tanyalah apa yang ingin anda tanyakan.”
Raja China bertanya, “Apakah mereka menepati janji?”
Utusan Yazdajir menjawab, “Ya.”
“Apa yang mereka katakan kepada kalian sebelum mereka memerangi kalian?”
“Mereka menyeru kami kepada salah satu dari tiga hal : masuk agama mereka (jika mengiyakannya mereka memberlakukan kami seperti mereka), membayar Jizyah, atau perang .”
“Bagaimana kepatuhan mereka kepada para pemimpinnya?”
“Mereka adalah kelompok prajurit yang paling patuh pada pemimpin mereka.” Kemudian raja China itu menulis surat kepada Yazdajir,
“Aku tidak mengirimkan pasukan kepadamu, karena utusanmu telah menceritakan ciri-ciri orang-orang yang mengalahkan kalian kepadaku, kalau mereka menginginkan merobohkan gunung, pasti mereka akan berhasil. Dan kalau mereka datang ketempatku pasti mereka akan berhasil melengserkanku, selama mereka masih tetap seperti apa yang diucapkan oleh utusanmu. Berdamailah dengan mereka, bayarlah upeti kepada mereka, dan jangan ganggu mereka selagi mereka tidak mengganggumu!
(Kisah ini disebutkan Syaikh Muhammad Yususf al Kandahlawi dalam Hayah ash-Shahabah, III / 697-698 yang dia nukil dari Ibnu Jarir ath-Thabari dalam tarikhnya)
Allahu a’lam
(zidn)