JAKARTA (Panjimas.com) – Mantan Ketua PP Muhammadiyah, Ahmad Syafi’i Ma’arif menilai Sunni dan Syi’ah bukanlah ajaran asli dari Al Qur’an. Ia mengumpamakan bila ingin mengambil air yang bersih itu di hulu, jangan di hilir. Sedangkan Sunni dan Syi’ah keduanya ada di hilir, maka hal itu bukan persoalan yang pokok.
Sepeti dilansir Republika pada Kamis (16/4/2015), ia mengatakan jika Sunni dan Syi’ah tidak ada di zaman nabi. Sunni dan Syiah adalah hasil yang diciptakan oleh sejarah karena pertentangan politik orang arab waktu itu. Kemudian hal itu menjalar ke theologi atau aqidah, dan sistem berfikir yang berlanjut hingga sekarang.
Menanggapi hal itu, Ketua Pimpinan Wilayah Nahdhatul Ulama Jawa Timur (PWNU Jatim), Habib Achmad Zein Alkaf menyatakan bahwa Syafi’i Ma’arif sudah pikun dan tidak tahu menahu tentang sejarah persoalan antara umat Islam Ahlu Sunnah dengan Syi’ah.
“Lebih baik saya katakan dia sudah pikun, dari pada saya katakan sebagai penjual Aqidah. Untung sudah tidak jadi Ketua Muhammadiyah,” tegas anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim ini kepada Panjimas.com pada Kamis (16/4/2015).
Ketua Front Anti Aliran Sesat (FAAS) ini menambahkan, dengan adanya statemen-statemen nyleneh dari sejumlah tokoh Islam dan lebih cenderung membela Syi’ah telah membuktikan kepiawaian orang-orang Syi’ah dalam melobi dan mempengaruhi para tokoh Islam di Indonesia.
“Ini semua menunjukkan kepandaian tokoh-tokoh Syi’ah melobi tokoh-tokoh kita. Dia kira perbedaan Syi’ah dengan Ahlu Sunnah itu seperti perbedaan NU dengan Muhammadiyah. Maklum bermilyar-milyar dolar Syi’ah hamburkan dalam pemurtadan di Indonesia,” jelasnya. [GA]